Sekitar 34 orang dikonfirmasi meninggal dan hilang dalam bencana banjir besar dan longsor yang diakibatkan hujan deras yang melanda area Kumamoto pada Sabtu (4/7). Menurut pihak berwenang, 14 orang di antaranya merupakan lansia yang tinggal di sebuah panti jompo.
Kini, tim penyelamat tengah mencari 14 orang yang dilaporkan hilang setelah beanjir menghantam dan menghancurkan rumah-rumah, menghanyutkan kendaraan, dan meruntuhkan jembatan di Kumamoto.
Pemerintah setempat telah mengonfirmasi bahwa ada 18 orang tewas dalam kejadian tersebut, sementara 16 orang lainnya dalam status "cardio-respiratory arrest" – sebuah istilah yang digunakan para dokter sebelum memutuskan kematian seseorang. Sementara itu, 14 orang yang masih belum ditemukan hingga kini merupakan lansia di sebuah panti jompo. Tim penyelamar telah berhasil menyelamatkan 50 orang dari panti itu.
"Meja dan sofa mengapung di sekitarmu, membuatmu tak bisa bergerak,” ujar seorang pejabat yang membantu tim penyelamat di panti jompo tersebut pada jaringan TV swasta JNN.
Japan memang hampir selalu diserang banjir saat musim hujan. Namun, di tengah masa pandemi virus corona seperti sekarang, evakuasi dan penyelamatan jauh lebih sulit. Pihak berwenang di pusat oengungsian pun memastikan agar para pengungsi mencuci tangan mereka, mengenakan masker, dan melakukan social distancing untuk mencegah penularan virus.
"Kami akan berusaha sebisa mungkin untuk mencegah penyebaran infeksi dan membuat mereka hidup senyaman mungkin di sini,” ujar Menteri Manajemen Bencana Ryota Takeda pada wartawan setelah mengunjungi sebuah gimnasium di Kota Hitoyoshi di mana 600 pedunduk mengungsi.
Saat rapat kabinet yang membahas bencana tersebut, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menjanjikan akan memberikan bantuan keuangan dan memperingatkan penduduk Kumamoto untuk bersiap menghadapi hujan yang bisa saja kembali turun.
"Kami telah menyiapkan lebih dari 40.000 orang personel polisi, pemadam kebakaran, penjaga pantai, dan Self-Defense Force untuk mencari dan melakukan operasi penyelamatan yang ters berlanjut hingga malam nanti,” kata Abe.
"Menyelamatkan nyawa adalah prioritas kami,” tambahnya.
Abe juga mengatakan kalau hujan deras akan turun di area Kumamoto hingga hari ini, Senin (6/7).
"Kita harus tetap waspada,” ujarnya mengingatkan penduduk untuk selalu memantau berita terkait risiko dan perkembangan lebih lanjut dari bencana tersebut.
Masyarakat di sekitar Sungai Kuma juga ikut terdampak banjir. Meski hujan di Kumamoto telah reda pada Minggu pagi, jembatan yang runtuh dan jalan yang tertutup akibat banjir dan longsor membuat orang-orang terisolasi.
Sebuah lambang "SOS" besar juga dibuat di atas lahan yang sebelumnya merupakan sebuah sekolah dasar di Kota Yatsushiro, di mana sekitar 10 orang melambaikan handuk berwarna putih pada helikoper penyelamat.
Regu penyelamat dari Self-Defense Force menggunakan perahu dan helicopter untuk menyelamatkan mereka yang terjebak.
Bisnis pun ikut terdampak akibat bencana ini.
Seorang manager perusahaan bus di Hitoyoshi khawatir kalau hujan deras tersebut menghancurkan 23 busnya.
"Sebelumnya kami harus bertahan hidup dan menghibur diri sendiri agar tetap termotivasi di tengah wabah virus corona,” ujarnya pada NHK.
"Lalu datanglah bencana alam ini. Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa,” tambahnya menahan tangis.
Hal serupa juga dikatakan oleh seorang pemuda yang tengah membersihkan sebuah restoran dari lumpur akibat banjir.
"Setelah corona, ada bencana ini. Sangat menyedihkan,” kata dia.