Berita Jepang | Japanesestation.com

Sebuah reaktor nuklir di Tohoku, Jepang yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami pada 2011 silam telah melewati tes terakhir agar bisa kembali beroperasi setelah mendapatkan “lampu hijau” dari pemerintah setempat pada Rabu (11/11) lalu.

Unit No. 2 dari pabrik Onagawa milik Tohoku Electric Power Co. di Prefektur Miyagi ini merupakan reaktor rusak akibat bencana pertama yang menerima persetujuan untuk kembali beroperasi dari pemerintah setempat. Unit tersebut merupakan reaktor air mendidih yang sama dengan pembangkit listrik Fukushima Daiichi yang hancur dan menyebabkan bencana nuklir terparah di dunia.

bencana nuklir fukushima sisa japanesestation.com
Tumpukan dokumen yang berserakan di atas sebuah kasur di sebuah klinik yang dipakai sebagai lokasi pengungsian sementara korban Bencana Nuklir Fukushima. (mainichi.jp)

Gubernur Miyagi, Yoshihiro Murai dan wali kota Onagawa dan Ishinomaki, dua kota di mana fasilitas tersebut berdiri, telah memberikan persetujuan mereka dalam sebuah pertemuan setelah unit tersebut lolos dalam tes keamanan nasional pada Februari lalu.

"Ada pasokan listrik yang bagus dan stabil dalam pembangkit listrik tenaga nuklir itu, ia juga dapat berkontribusi untuk keadaan ekonomi lokal,” ujar Murai dalam sebuah konferensi pers di Ishinomaki.

Sementara itu, staf Tohoku Electric mengatakan pada Kyodo News bahwa mereka akan terus memastikan agar pengoperasian pembangkit listrik tersebut berjalan aman.

Tohoku Electric juga mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk mengoperasikan kembali reaktor No. 2 pada awal tahun fiskal 2022 setelah langkah pencegahan bencana dan keamanan selesai, salah satunya dengan membangun sebuah seawall bertinggi 800 meter di tempat itu.

Pembangkit listrik Onagawa merupakan pembangkit nuklir paling dekat dengan episentrum gempa berkekuatan 9,0 SR yang menghantam Jepang 9 tahun lalu. Pemerintah pusat memang telah berniat untuk mengaktifkan kembali reaktor tersebut untuk memastikan adanya pasokan listrik yang stabil. Untuk itu, menteri perdagangan Hiroshi Kajiyama pun meminta persetujuan Murai pada bulan Maret lalu. Selain itu, pemerintah juga ingin menghilangkan emisi gas rumah kaca menjadi nol pada 2050 mendatang.

reaktor nuklir Jepang japanesestation.com
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Onagawa di Prefektur Miyagi pada 20 Februari 2020 (Kyodo News via Mainichi)

Di Tokyo sendiri, Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato mengatakan bahwa mendapat persetujuan dari pemerintah setempat merupakan langkah terpenting dalam mencapa tujuan tersebut.

Pada Rabu lalu, pemerintah Onagawa dan Ishinomaki telah memberi lampu hijau mereka. Sementara itu, pada Senin lalu, para pemimpin dari 35 kotamadya di Miyagi sepakat untuk mendukung keputusan Onagawa dan Ishinomaki.

Salah satu alasan persetujuan pemerintah lokal adalah karena uang. Onagawa telah  menerima sekitar 27 miliar yen dari pemerintah pusat pada beberapa tahun lalu serta menerima pajak properti yang cukup besar dari Tohoku Electric.

“Kami semakin dekat dengan proses akhir pembangunan kembali PLTN tersebut. Dioperasikannya kembali reaktor tersebut sangat diperlukan untuk mendorong ekonomi kota,” ujar Masanori Takahashi, kepala perdagangan kota yang melobi para pemimpin lokal untuk menyetujui hal tersebut.

Meskipun begitu, beberapa penduduk lokal merasa bahwa persetujuan tersebut dilakukan terburu-buru dan merasa khawatir apakah rencana evakuasi akan benar-benar berjalan jika terjadi bencana nuklir.

Selain reaktor tersebut, ada reaktor rusak lain yang telah menyelesaikan proses screening, Tokai No. 2 di Japan Atomic Power Co. di Prefektur Ibaraki. Meski ia telah berhasil mendapatkan persetujuan regulator untuk melanjutkan operasi pada September 2018, reaktor tersebut masih membutuhkan persetujuan pemerintah setempat.

Pada 11 Maret tahun 2011 silam, terjadi sebuah gempa bumi besar dan tsunami yang menghantam Prefektur Fukushima dan menyebabkan bencana nuklir yang setara dengan bencana Chernobyl pada tahun 1986 silam. Bencana tersebut menyebabkan 54 reaktor di Jepang berhenti beroperasi. Hingga kini, hanya ada 9 unit di 5 PLTN di Jepang yang telah beroperasi kembali mengikuti peraturan dan persetujuan pemerintah setempat.

Di Kompleks Onagawa sendiri, 3 reaktornya mati, namun unit No. 2 di lantai bawah tanah terendam banjir setelah tempat itu dihantam tsunami setinggi 13 meter yang menewaskan dan menghilangkan lebih dari 800 jiwa.

Karena sistem pendingin darurat pembangkit listrik ini berfungsi dengan normal, tidak ada kerusakan seperti yang terjadi pada 3 dari 6 reaktor di pembangkit listrik Fukushima Daiichi.

Kini, pemerintah setempat telah memutuskan untuk menonaktifkan unit No. 1 dari pembangkit listrik Onagawa dan akan mempertimbangkan apakah mereka akan meminta peninjauan pemerintah untuk membangkitkan kembali unit No. 3.