Berita Jepang | Japanesestation.com

Jizo

uber eats jepang japanesestation.com
Uber Eats di Jepang (guidable.co)

Ada istilah unik yang digunakan para driver Uber Eats untuk mendeskripsikan aksi mereka yang berdiri di area sekitar restoran, jizo (patung Buddha).  Bahkan, ada sebuah tempat yang dinamakaan sebagai “jizo park” yang berada di pusat Hachioji. Tempat ini memiliki bangku dan sangat nyaman digunakan untuk menunggu,

Saat para pengantar makanan berkumpul, mereka bertukar informasi satu sama lain. Misalnya, restoran manakah yang sering dipesan, atau item praktis untuk memasangkan smartphone di sepeda.

Para driver Uber Eats ini berhubungan dan menyemangati satu sama lain melalui Twitter, Line, dan media sosial lainnya tanpa harus minder meski umur mereka berbeda-beda.

"Benar-benar komunitas wholesome tanpa adanya hirearki. Saya merasa senang bisa berbincang dengan anak muda,” ujar sang supir taksi.

Bekerja di bidang ini tentu tidak stabil dan menjamin para driver mendapat pekerjaan permanen. Namun, pegawai hotel di atas mengatakan bahwa ia bahagia.

"Pekerjaan ini menolong keuangan keluarga saya, dan saya akan merasa sedih jika saya tak bisa melakukan apa-apa,” ujarnya.

“Terselamatkan”

Ada juga yang merasa “terselamatkan” oleh pekerjaan ini meski bukan karena pandemi. Shuichi Taira (52) yang mengirimkan makanan di Hachioji dan Tachikawa rupanya mengalami masalah di tempat kerjanya dulu sebelum memutuskan untuk bekerja fulltime sebagai pengantar makanan mulai musim semi 2020 lalu. Menurutnya, pekerjaan sebagai driver Uber Eats sangat menguntungkan karena tak terikat dengan organisasi dan ia dapat bertukar informasi dengan driver lain tanpa batasan umur. Beberapa driver bahkan menjuluki Taira dengan sebutan “Legenda” saking kagumnya.

Tantangan

uber eats jepang japanesestation.com
Uber Eats di Jepang (Japan Times)

Tentu ada tantangan di setiap pekerjaan, begitu pun dengan pengantar makanan Uber Eats. Misalnya saja, saat menerima pesanan di wilayah pinggiran kota.  

Tidak seperti Tokyo, saat menerima pesanan di area pinggiran kota, para driver harus kembali ke pusat kota di mana restoran berkumpul. Artinya, perjalanan sangat jauh, apalagi jika mereka menggunakan sepeda.

Tak hanya itu, meski berbeda tergantung area, upah dasar Uber Eats hanya beberapa ratus yen per order, dan ada upah tambahan berdasarkan cuaca dan waktu. Namun, jumlah upah tambahan tersebut ditentukan oleh Uber.

Uber juga memang memperbolehkan para pekerjanya mengambil pesanan kapanpun mereka memiliki waktu luang, bamun, harga unitnya sangat rendah, membuat para driver harus mengambil banyak pesanan. Para driver pun harus bekerja tanpa libur jika ingin mendapat banyak pesanan. Tentunya, ini akan menimbulkan masalah bagi mereka yang berusia paruh baya dengan fisik tak sekuat anak muda kan?