Berita Jepang | Japanesestation.com

Meski menurut METI Journal pandemi dapat menjadi kesempatan bagi startup-startup baru untuk berkembang di Jepang karena adanya perubahan dalam masyarakat, Jepang ternyata tidak memiliki banyak perusahaan startup.

Memang, banyak hambatan dalam perkembangan perusahaan startup di Jepang, seperti investor dan kultur kerja yang kaku, membuat hanya sedikit perusahaan startup yang berkembang maju. Meskipun begitu, hal ini tetap bisa diubah.

Dilansir dari Japan Times, meskipun kondisi ekonomi-nya terbesar ketiga di dunia, Jepang jauh di belakang Amerika Serikat dan Cina dalam hal memproduksi "unicorn" alias perusahaan baru yang dapat menghasilkan lebih dari 1 miliar dolar Amerika dalam pendanaan swasta.

Di seluruh dunia, sedikitnya ada 500 unicorn, seperti Airbnb Inc. hingga ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di Beijing. Namun, menurut data terakhir yang platform analisis asal Amerika, CB Insights, hanya 4 dari 500 perusahaan tersebut yang berasal dari Jepang.

startup perusahaan Jepang japanesestation.com
airbnb. (stocksbnb.com)

"Jika dilihat berdasarkan GDP, Jepang seharusnya memiliki setidaknya 50 hingga 60 unicorn,” ujar Gen Isayama, kepala World Innovation Lab, sebuah perusahaan California yang menyediakan saran pada startup dengan Jepang sebagai fokusnya.

"Di Jepang, inovasi selalu dipimpin oleh perusahaan besar dan bank pun lebih ingin memberi pinjaman pada perusahaan tersebut dibandingkan berinvestasi di perusahaan startup,” tambahnya.

Perusahaan Jepang besar sendiri, seperti SoftBank Group Corp., pun lebih memilih untuk berinvestasi dengan perusahaan luar negeri, seperti Uber Technologies Inc. dan Alibaba, hampir tak pernah menyentuh perusahaan lokal kecil.

startup perusahaan Jepang japanesestation.com
CEO SoftBank Group Jepang, Masayoshi Son, dalam sebuah konferensi pers pada 6 November 2019 (Kazuhiro Nogi/AFP)

Kurangnya modal swasta untuk ekspansi dapat memaksa startup Jepang untuk go public lebih cepat. Namun, Isayama memperingatkan bahwa jika sebuah perusahaan go-public terlalu minim, mereka tak akan pernah tumbuh.

Takeshi Aida, pendiri dan CEO RevComm, startup AI asal Tokyo, mengatakan bahwa standar pendaftaran perusahaan sangat rendah, jadi ada banyak perusahaan kecil yang puas dengan keadaan mereka. Apalagi, populasi Jepang yang semakin menurun dan kondisi ekonominya membuat banyak perusahaan internasional tidak terlalu tertarik dengan Jepang. Ini membuat perusahaan startup Jepang merasa "terlindungi" dari persaingan luar dan kurang memiliki dorongan untuk tumbuh dan berkembang.

startup perusahaan Jepang japanesestation.com
Staf di RevComm, sebuah startup AI di Tokyo saat menggelar meeting. (AFP-JIJI)

Budaya Jepang pun berpengaruh. Misalnya saja sistem pendidikan Jepang yang dirancang untuk menghasilkan kandidat pekerja di perusahaan besar. Karena itu, butuh nyali tertentu untuk mematahkan kebiasaan dalam masyarakat Jepang yang terkenal “cari aman.”

"Saya sangat aneh jika dibandingkan dengan orang lain. Saya berbicara terlalu banyak dan mengutarakan pikiran saya," ujar Aida mengenang masa sekolahnya.

Isayama mengatakan dukungan pemerintah untuk startup juga meningkat, dengan para pejabat mencari nasihat dari investor berpengalaman untuk mendukung perusahaan.

Namun, di balik kesulitan, para ahli melihat ada kesempatan.

"Perusahaan heavy-industry dan manufaktur akan menyadari bahwa mereka tidak lagi dapat berinovasi seperti sebelumnya. Di situlah start up dapat mengisi celahnya,” ujar Isayama.

Menurutnya, investor pun lama kelamaan akan menyadari bahwa akan lebih baik memberi startup kesempatan, bukan hanya mengontrol mereka.

Pandemi dan Perdana Menteri Yoshihide Suga yang mengagendakan agar departemen pemerintah dan bisnis di Jepang memiliki konsep digital juga dapat menjadi kesempatan bagi perusahaan teknologi.

Isayama juga mengatakan bahwa dukungan pemerintah terhadap startup juga membaik, dengan para stafnya yang mencari saran dari investor berpengalaman untuk mendukung perusahaan-perusahaan berkembang.

startup perusahaan Jepang japanesestation.com
Mercari (jportjournal.com)

Para inovator pun bisa mencari inspirasi dari kesuksesan perusahaan seperti Mercari Inc., sebuah platform e-commerce untuk barang bekas yang dibangun pada 2003 silam dan telah diunduh lebih dari 50 juta kali di Amerika Serikat. Mercari merupakan unicorn pertama Jepang yang go-public pada tahun 2018 dan kini berharga sebesar 780 miliar yen.

"Saat Mercari go-public, hal itu menjadi berita besar bagi kami. Kini, kami lebih bersemangat untuk berkembang,” ujar Kurahashi.

Sumber:

Japan Times

METI Journal