Berita Jepang | Japanesestation.com

Jepang berencana untuk kembali mengumumkan status darurat COVID-19 di Tokyo dan 3 prefektur lainnya. Menurut staf pemerintah terkait pada Senin (4/1), status darurat akan berlaku selama satu bulan ke depan mulai dari hari Sabtu mendatang.  

Rencana ini dibuat setelah Perdana Menteri Yoshihide Suga menyinggung perlunya mempertimbangkan langkah pencegahan khusus setelah pada April 2020 lalu, area Tokyo menyumbang hampir setengah dari 3.000 kasus COVID-19 baru. Meskipun begitu, dalam konferensi pers tahun baru lalu, Suga mengatakan bahwa kali ini, kegiatan ekonomi dan sosial tidak akan dihentikan secara keseluruhan dan lebih terfokus.

Para penjabat pun berkata bahwa langkah pencegahan kali ini akan berfokus pada mengurangi risiko infeksi di bar dan restoran dengan meminta mereka tutup lebih awal serta meminta agar orang-orang tetap stay at home. Namun, sekolah tak akan ditutup.

status darurat baru covid-19 jepang japanesestation.com
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menggelar sebuah konferensi pers tahun baru di Tokyo pada Senin (4/1). (Yoshikazu Tsuno/AP)

"Kami akan mempertimbangkan status darurat,” ujar Suga.

"Faktanya, angka mereka yang terinfeksi virus corona tidak menurun dan tetap tinggi di Tokyo dan 3 prefektur di sekitarnya. Karena itu, kami berpikir perlunya ada aturan lebih ketat,” tambahnya.

Sebelumnya, pada Sabtu lalu, Gubernur Tokyo Yuriko Koike dan pemerintah Prefektur Chiba, Kanagawa dan Saitama meminta pemerintah pusat untuk mengumumkan status darurat bagi area-area tersebut setelah Tokyo dilaporkan mendapat 1.300 kasus COVID-19 baru dalam 1 hari saja untuk pertama kalinya.

Merespon permintaan Koike, pemerintah pun setuju untuk meminta agar restoran dan bar tutup pada jam 8 malam untuk mencgah makin menyebarnya virus.

status darurat baru covid-19 jepang japanesestation.com
Gubernur Tokyo, Yuriko Koike dalam konferensi pers (Jiji Press)

Suga pun mengatakan pemerintah akan segera memulai vaksinasi COVID-19 pada akhir Februari mendatang bagi mereka bekerja di garda terdepan. Sebuah revisi undang-undang yang menyebutkan adanya keuntungan bagi mereka yang patuh dan hukuman bagi yang tidak menerapkan langkah anti-virus pun telah disiapkan dan rencananya akan disetujui pada awal Februari mendatang.

Suga juga menyebutkan bahwa para pebisnis yang kini diperbolehkan memasuki Jepang dari beberapa negara akan dihentikan jika ditemukan varian baru virus corona di negara mereka.

Terkait Tokyo Olympics, Suga tetap berjanji untuk menggelarnya pada musim panas mendatang untuk “memberikan harapan dan keberanian pada dunia.” Namun, program subsidi wisata "Go To Travel" yang ditangguhkan hingga 11 Januari mendatang sepertinya tak akan bisa dilanjutkan.

“Akan sulit untuk memulainya lagi jika status darurat diumumkan,” ujarnya.

Sebelumnya, status darurat COVID-19 diumumkan di Tokyo dan 6 prefektur lain pada bulan April 2020 lalu namun dicabut setelah kasus berkurang.

Para gubernur di masing-masin prefektur pun sempat meminta warganya untuk stay at home dan mengambil langkah pencegahan seperti permintaan perbekalan medis dan makanan serta perampasan tanah pribadi untuk fasilitas kesehatan darurat. Namun, Jepang tidak menerapkan “full-lockdown” layaknya negara lain.

status darurat baru covid-19 jepang japanesestation.com
Orang-orang mengenakan masker dan berdoa di hari pertama tahun baru di Kuil Meiji di Tokyo (Reuters)

Pada bulan November lalu, pemerintah Tokyo sempat meminta agar restoran, bar, dan tempat karaoke yang menyajikan alkohol tutup pada pukul 10 malam dan memberi mereka kompensasi. Sayangnya, langkah ini tidak efektif dalam menurunkan angka infeksi. Akhirnya, pemerintah Tokyo pun memutuskan untuk kembali menotong jam operasional penyedia alkohol hingga 8 malam mulai Jumat mendatang. Dan mulai 12 Januari hingga 31 Januari, restoran yang tak menyajikan alkohol pun akan mengalami hal yang sama.

Langkah yang sama pun diambil oleh Prefektur Saitama.

Jumlah pasien yang terinfeksi dengan gejala serius di Tokyo kini telah mencapai 101 orang per Minggu lalu, angka 3 digit pertama sejak status darurat dicabut pada bulan Mei 2020. Kini, Tokyo telah mengonfirmasi 884 kasus baru, membuat total kumulatif menjadi 63.474 kasus, jumlah terbesar di antara 47 prefektur di Jepang.