Masih ingat dengan peraturan pemerintah Prefektur Kagawa yang membatasi waktu bermain game anak-anak di bawah umur? Kini, selain protes yang dilakukan oleh salah satu remaja asal Kagawa, ada lagi protes yang dilayangkan pada pemerintah terkait peraturan “unik” tersebut. Kali ini, protes tersebut dilayangkan oleh Asosiasi Pengacara Kagawa.
Asosiasi tersebut baru saja merilis sebuah pernyataan resmi pada Senin (25/5) yang meminta agar peraturan pembatasan waktu bermain game untuk anak-anak segera dicabut.
Peraturan yang bertujuan untuk memerangi kecanduan video game ini mulai berlaku sejak 1 April lalu, setelah voting menunjukkan sebagian besar wakil rakyat setuju untuk membatasi waktu bermain video game dan penggunaan smartphone di kalangan anak-anak. Hal ini juga membuat Prefektur Kagawa menjadi prefektur pertama yang memberlakukan peraturan pembatasan tersebut.
Dalam peraturan ini, anak-anak di bawah umur 18 tahun hanya memiliki waktu untuk bermain video game atau menggunakan smartphone hanya 60 menit saja per hari kerja dan 90 menit saat weekend. Selain itu, anak-anak ini juga dilarang mengakses semua device game di atas pukul 10 malam. Untuk anak di bawah 12 tahun, peraturan ini lebih ketat, mereka tidak bisa mengakses semua device di atas jam 9 malam.
Asosiasi Pengacara Kagawa menyebutkan 3 alasan mengapa mereka tidak menyetujui peraturan ini, yaitu: kurangnya penelitian terkait dampak penggunaan internet pada kesejahteraan anak-anak, abainya pemerintah terhadap fungsi praktis internet, dan pelanggaran hukum atas hak anak untuk mengekspresikan diri mereka yang dilindungi oleh konstitusi.
Meski Prefektur Kagawa sendiri tidak berencana untuk memberi hukuman bagi mereka yang melanggar peraturan ini dan mengatakan kalau setiap keluarga bisa menerapkan peraturan ini dengan cara mereka sendiri, peraturan ini tetap menarik perhatian banyak orang, terutama meraka yang tidak setuju.