Berita Jepang | Japanesestation.com

Sebanyak 123 warga Tokyo dilaporkan meninggal dunia akibat heatstroke sepanjang bulan Juli lalu. Menurut pernyataan pihak berwenang, suhu rata-rata Jepang memang mencapai puncak tertinggi di bulan Juli dan peringatan panas kerap dikeluarkan di bulan tersebut.

Kantor Pemeriksaan Medis Tokyo menyampaikan jika sebagian besar korban merupakan orang tua dan ditemukan tewas di dalam ruangan. Sebagian besar tidak menggunakan pendingin ruangan meskipun telah memasangnya.

Pemerintah telah berulang kali menghimbau penduduk untuk menghindari kegiatan luar ruangan, konsumsi cairan agar tidak dehidrasi, dan menggunakan pendingin ruangan. Namun, para orang tua kerap berpikir jika penggunaan pendingin ruangan tidak baik untuk kesehatan, alhasil mereka lebih memilih menghindarinya.

Dikutip dari Associated Press melalui Japan Today, ini adalah jumlah kematian akibat heatstroke terbesar di seluruh bagian Tokyo sejak tahun 2018 yang menelan 127 korban jiwa. Lebih dari 387.000 warga dilarikan ke rumah sakit di seluruh Jepang sepanjang bulan Juli. 

Selasa (06/08) lalu, peringatan heatstroke kembali dikeluarkan oleh pemerintah di sebagian besar wilayah Tokyo dan Jepang bagian barat. Di pusat kota Tokyo, suhu mengalami kenaikan hingga 34°C. “Saya merasa periode musim panas semakin lama tiap tahun. Saya juga selalu menyalakan pendingin ruangan dan mencoba untuk tidak keluar rumah,” ujar Hidehiro Takano, seorang warga dari Kyoto.

Badan Meteorologi Jepang memperkirakan jika cuaca panas ekstrem di Jepang akan terus berlanjut dengan suhu 35°C atau lebih. Warga dihimbau untuk terus memperhatikan prakiraan suhu dan peringatan heatstroke agar dapat melakukan tindakan pencegahan dengan lebih baik.