Salah satu pertanyaan rumit untuk dijawab tentang Jepang adalah apakah masyarakatnya religius atau tidak. Di satu sisi, doa harian atau pergi ke kuil tiap minggu merupakan sesuatu yang asing bagi mereka. Namun, spiritualisme merupakan bagian besar dari kehidupan di sana. Kebanyakan pengunjung ke kuil mungkin tidak menghabiskan lebih dari beberapa detik untuk berdoa, tetapi mereka masih akan melemparkan sebuah koin ke dalam kotak dengan harapan untuk menyenangkan dewa. Bahkan, saat banyak orang Jepang mengaku tidak memiliki agama tapi kebanyakan rumah terdapat tempat untuk menggantung foto keluarga yang sudah almarhum, termasuk dupa.
Namun, liku-liku teologi di Jepang sekarang sedang beralih ke dalam upaya untuk menghadapi masalah yang berkembang di lingkungan sekitar. Orang-orang memasang gerbang torii, yang menandai kuil Shinto, dalam skala kecil untuk mencegah orang membuang sampah sembarangan terutama di daerah perumahan. Sehingga beberapa orang memiliki ide untuk mengingatkan orang yang usil bahwa dewa tetap mengetahui pelanggaran tersebut meski manusia tidak melihat. Caranya yaitu dengan memasang gerbang torii dalam ukuran mini. Entah karena semangat keagamaan, takut murka dewa, atau hanya kebetulan, saat melihat torii di tempat yang tak terduga, mereka yang akan membuang sampah sembarangan langsung menghentikan niatnya. Rupanya masih ada beberapa yang percaya simbol Shinto tersebut memiliki efek kuat meski hanya berupa gambar. Selain itu, torii juga digunakan untuk mencegah kebiasaan buruk lainnya seperti buang air kecil sembarangan. Pasalnya, hal itu tidak cuma terjadi di pedesaan, namun juga perkotaan. Kini beberapa warga mulai menggambar atau menempatkan torii di tembok luar rumah mereka karena cukup efektif hasilnya.