Berita Jepang | Japanesestation.com

Jika Anda pernah ke Jepang, khususnya Tokyo, Anda akan melihat buah yang dijual seharga ¥3.000 hingga ¥20.000. Bisa dibilang, membeli buah di Jepang seperti membeli perhiasan. Namun, mengapa buah di Jepang bisa memiliki harga yang begitu tinggi?

Peran Buah di Jepang

Berbagai macam anggur dari Sembikiya (website/nippon.com)
Berbagai macam anggur dari Sembikiya (website/nippon.com)

Di banyak bagian dunia, buah dikonsumsi sebagai camilan sehari-hari, tetapi di Jepang, buah dianggap sebagai hadiah berharga yang diberikan kepada seseorang yang ingin Anda kagumi, ucapkan terima kasih, atau doakan kebaikannya. 

Dalam budaya Jepang, konsep omiyage adalah praktik memberikan hadiah setelah kembali dari perjalanan. Lalu ada hadiah temiyage yang diberikan saat mengunjungi rumah orang lain, serta ochugen dan oseibo, yang diberikan oleh rekan kerja, teman, dan kerabat pada bulan Desember. Ada banyak kesempatan pemberian hadiah dan buah adalah salah satu pilihan yang lebih populer. Buah juga sering disajikan dalam hidangan kaiseki yang mewah di akhir hidangan.

Standar dan Regulasi

Status istimewa buah-buahan ini membuatnya harus menjadi produk premium yang layak dijadikan hadiah. Buah tersebut harus sempurna dan bebas cacat: persik yang bulat dan merah muda, stroberi yang merah cerah dan mengkilap, anggur yang gemuk dan berair, serta melon yang bulat sempurna dan harum.

Selain status mewah ini, ada aturan ketat mengenai ukuran, warna, dan rasa yang ditetapkan oleh JA (Japan Agricultural Cooperative), badan pengatur nasional, saat membeli hasil panen dari petani untuk dijual kembali. Daratan Jepang yang hampir 80 persen pegunungan juga membatasi ruang untuk perkebunan buah. Banyak kebun buah di Jepang dikelola oleh usaha keluarga atau skala kecil, di mana budidaya buah merupakan proses yang intensif tenaga kerja, dilakukan dengan tekad dan kebanggaan khas Jepang.

Proses Budidaya yang Ketat

Shizuoka Crown Musk Melon yang Dibudidayakan Secara Teliti (Website/http://crown-melon.co.jp/)
Shizuoka Crown Musk Melon yang Dibudidayakan Secara Ekstrim (Website/http://crown-melon.co.jp/)

Contoh ekstrem dari upaya petani buah adalah melon musk terkenal dari Shizuoka: mereka ditanam hanya satu melon per pohon dalam barisan yang seragam di rumah kaca yang dikendalikan iklimnya; mengenakan topi plastik kecil untuk menghindari kerusakan akibat sinar matahari; dan digosok lembut oleh petani dengan sarung tangan katun untuk merangsang kemanisan.

Alternatif Buah Murah

Buah yang dijual di Jepang (Unsplash/Redd F)
Buah yang dijual di Jepang (Unsplash/Redd F)

Buah yang relatif lebih murah tersedia di Jepang. Carilah di daerah pedesaan, di mana tidak menanggung biaya logistik untuk pengiriman ke kota. Pilih varietas lokal yang sedang musim: stroberi dan jeruk asli seperti amanatsu di musim semi; persik dan anzu (aprikot asli) di musim panas; buah ara, nashi (pir Asia), anggur, dan kesemek di musim gugur; jeruk mandarin dan apel di musim dingin. Juga, belilah di pasar petani untuk membeli buah langsung dari petani, yang dapat menjual buah mereka yang kurang 'sempurna'.

Standar Tinggi dan Budidaya Cermat

Mangga Miyazaki yang Dijual dengan Harga Tinggi (Youtube/Business Insider)
Mangga Miyazaki yang Dijual dengan Harga Tinggi (Youtube/Business Insider)

Buah yang diberikan sebagai hadiah diharapkan hampir sempurna. Misalnya, mangga regional dari Prefektur Miyazaki (dikenal sebagai Taiyo-no-Tamago atau telur matahari), sering ditanam maksimal 1-2 per pohon. Setiap mangga harus memiliki berat minimum 350 gram dan kadar gula Brix sebesar 15%, yang diukur dengan alat refraktometer.

Kendala Pertanian

Melon Yubari yang Dijual di Stasiun (Straits Times/ Walter Sim)
Melon Yubari yang Dijual di Stasiun (Straits Times/ Walter Sim)

Hanya 20% dari lahan di Jepang yang cocok untuk budidaya, dibandingkan dengan 44% di AS dan 71% di Inggris. Dari lahan subur di Jepang, lebih dari 85% digunakan untuk tanaman padi, meninggalkan sedikit ruang untuk pertumbuhan buah-buahan berharga.

Peternakan di Jepang juga jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di seluruh dunia. Rata-rata peternakan di Jepang hanya 4,7 hektar, dibandingkan dengan rata-rata peternakan di AS yang sekitar 490 hektar. Hukum Jepang juga menetapkan bahwa setiap lahan pertanian harus diolah langsung oleh pemiliknya. Akibatnya, industri pertanian sangat tidak efisien, yang secara alami mengakibatkan peningkatan harga barang pertanian, seperti buah.

Dengan kondisi pertanian yang sulit dan ketentuan pemilihan buah terbaik ini menghasilkan pasar yang tidak ramah bagi pecinta buah rata-rata. Namun, meskipun perjuangan untuk kesempurnaan ini mungkin terdengar sedikit tidak menyenangkan bagi banyak orang, mungkin evaluasi yang sangat tinggi terhadap buah menawarkan pelajaran tentang penghargaan. Dengan memposisikan buah sebagai barang mewah, petani meminta konsumen untuk menikmati setiap gigitan, merawat dan menghargai makanan mereka dengan cara yang penuh perhatian dan berarti.