Berita Jepang | Japanesestation.com

Badan Penjelajah Antariksa Jepang (JAXA) harus gigit jari dalam memulai misinya meluncurkan robot ruang angkasa, Hayabusa2, yang dirancang menyelidiki asteroid. Faktor cuaca buruk, menjadi batu sandungan bagi JAXA, sehingga harus menunda dua kali peluncuran Hayabusa2. Meski harus tertunda karena cuaca buruk, JAXA telah memberikan sinyal persaingan dengan Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk memburu benda ruang angkasa. Hal ini bisa terlihat dari objek yang akan dijadikan penyelidikan. ESA meneliti komet, sedangkan JAXA memburu asteroid untuk penyelidikannnya. Persaingan antara JAXA dan EXA ini mempunyai tujuan yang sama yaitu dapat mengetahui jawaban mengenai asal muasal terbentuknya alam semesta dan dimulainya kehidupan. Bagi JAXA, asteroid merupakan kumpulan dari ribuan angin dan radiasi yang terbentuk, sehingga dapat menjadi jawaban dari misteri yang berlum terungkap itu. Dilansir Daily Mail, 1 Desember 2014, negeri Matahari Terbit itu harus menunda peluncurannya Hayabusa2 di Tanegashima Space Center, Jepang bagian Selatan, karena adanya angin kencang dan awan tebal yang akan mengganggu jarak pandang dalam peluncuran itu. "Penundaan kedua karena kekhawatiran angin kencang dan peluncuran bisa tertunda lebih lanjut seiring dari perkembangan cuaca," ungkap JAXA. JAXA masih belum mengungkapkan kapan penundaan itu akan berlangsung. Namun, diperkirakan pusat antariksa Jepang itu akan menunggu cuaca yang lebih kondusif untuk peluncuran. Ledakkan Asteroid Misi yang mengeluarkan biaya sekitar US$ 260 juta setara Rp 3,17 triliun itu telah dilengkapi sebuah alat yang dapat meledakkan permukaan asteroid. Dari ledakan itu, akan diambil sampelnya untuk dibawa kembali ke Bumi. Hayabusa2 dijadwalkan akan mendarat di sebuah asteroid bernama 1999 JU3 yang berada dalam orbit Bumi. Diperkiraan setelah diluncurkan. Hayabusa2 dapat menaklukan asteroid itu pada pertengahan 2018. Selama 18 bulan berada di permukaan asteroid, Hayabusa2 akan mempelajarinya, termasuk salah satunya yaitu peledakkan untuk membawa sampel. Bila semua berjalan dengan lancar, maka sampel itu akan dibawa ke bumi pada akhir 2020. Asteroid 1999 JU3 mempunyai ukuran sekitar 920 meter yang memiliki bentuk seperti bola dengan rotasi 7,6 jam. Sebelumnya, JAXA telah meluncurkan robotik Hayabusa generasi pertama untuk mendarat di asteroid Itokowa pada 2006 yang kembali ke bumi pada 2010. Namun sayangnya, pada misi eksplorasi tersebut, terdapat masalah seperti kurangnya daya baterai sehingga kehilangan komunikasi.