Rumah tipis bukanlah ide baru. Selama berabad-abad, banyak arsitek telah merancang sejumlah bangunan mungil atau lebih tepat tipis selama berabad-abad. Tren yang berkembang untuk rumah mikro di perkotaan, yang umumnya jarang melebihi 30 meter persegi, kini memicu munculnya tren baru rumah-rumah mungil.
"Orang Jepang jarang memiliki mentalitas untuk menemukan estetika dalam keterbatasannya," Satoshi Kurosaki, yang perusahaannya Tokyo Apollo Arsitek & Associates telah menyelesaikan puluhan tempat tinggal di seluruh Jepang. "Di Tokyo dan kota-kota Jepang lainnya, sebagian besar lahan terbatas dan sangat padat, dan ukuran 'kecilnya' itu selalu ada dalam kehidupan sehari-hari," kata arsitek tersebut. "Memiliki ruang terbatas mendorong kami mengembangkan teknik detail dan melahirkan gaya hidup baru," tambahnya. Salah satu contoh yang paling ditiru adalah rumah sempit Tadao Ando Row House, yang selesai dibangun pada 1973. Selebar lebih dari tiga meter, bangunan tersebut menampilkan sebuah kesederhanaan tanpa kompromi yang kemudian menelurkan ratusan replika di seluruh negeri. Kurosaki mengatakan, kunci untuk proyek-proyek seperti itu adalah menghindari berpikir tentang sempit atau mungil sebagai faktor negatif dan memperlakukannya sebagai kesempatan untuk menjaga hal-hal begitu sederhana dan rapi.
"Dalam kasus rumah sempit, Anda akan banyak menggunakan kata tidak boleh dimasukkan ke dalam rumah," katanya. "Membagi ruang ke kamar kecil adalah mungkin, tetapi tidak untuk memisahkannya. Kami pastikan, bahwa satu ruang diatur agar selonggar mungkin. Kami harus menciptakan perbedaan tingkat dan kesenjangan pada ketinggian langit-langit. Menciptakan ruang kosong seperti atrium cenderung membuat ruang lebih besar. Itu kuncinya," tambahnya. Dapatkah keberhasilan tipologi di Jepang itu terulang di negara-negara lain? Kurosaki mengaku skeptis. Ia percaya, hal semacam ini akan selalu dibatasi oleh kebiasaan budaya penduduk yang sangat bervariasi di negara-negara lain.