Di jaman globalisasi ini, banyak perusahaan asing yang meminjam tenaga kerja asing untuk menyumbangkan tenaganya untuk memajukan perusahaan tersebut, tidak sedikit tenaga professional tersebut berasal dari Jepang. Tentu perlu waktu bagi mereka untuk beradaptasi di lingkungan dengan kebudayaan kerja yang berbeda dari tempat asalnya. Namun, apa sih kebudayaan kerja di tempat asing yang mengagetkan orang Jepang? Berikut 7 pengamatan yang dilakukan orang Jepang saat bekerja di negara asing.
1. Tak ada waktu kerja lebih dari yang sudah di tentukan
Di Jerman dan di Spanyol, hampir tidak ada waktu lembur. Karena waktu untuk keluarga sangat penting di dua negara ini, pekerjaan dilarang untuk menghambat hubungan dengan keluarga sendiri.
Sedangkan di Australia, Orang-orang akan pulang tepat waktunya dari kantor. Mungkin mereka akan lebih telat bila deadline sudah dekat, namun apabila kerja mereka berakhir pada pukul 5 sore menurut kontrak, maka pada waktu itu jugalah mereka semua akan pulang.
Di negara asing, bisnis hanya boleh dijalankan saat waktu pekerjaan.
Sedangkan bagaimana menurut orang Jepang?
Di kantor-kantor di Jepang, yang namanya kerja lembur itu sudah pasti dan sangat diharapkan. Seseorang patut tinggal di kantornya sampai tugas mereka sudah selesai sepenuhnya, atau mereka harus datang lebih pagi ataupun pulang lebih siang apabila mereka harus bertemu dengan klien.
2. Etika dalam meminta maaf
Di negara China, para pekerja tidak akan meminta maaf pada siapapun. Meskipun mereka telah melakukan kesalahan sekalipun, bukannya mereka akan mengaku salah, mereka malahan akan beralasan untuk membenarkan perbuatan salahnya.
Bagaimana dengan di negara Thailand? Pekerja di Thailand sama sekali tidak ada rasa tanggung jawab sama sekali. Apabila suatu kesalahan telah dilakukan, semuanya akan menyalahkan satu sama lain.
Nah, bagaimana dengan orang Jepang?
Apabila ada suatu kesalahpahaman atau error muncul, yang pertama kali dilakukan oleh pekerja adalah meminta maaf, meskipun bukan kesalahan mereka sama sekali. Mereka akan mulai mengeluh terhadap tuduhan yang ditujukan pada mereka setelah mereka menenggak beberapa gelas bir, namun di depan bos dan klien mereka, mereka akan menunjukkan rasa rendah hati.
3. Banyak waktu libur
Tak peduli berapa sibuk di kantor, orang-orang yang bekerja di Amerika dan Eropa akan mengambil waktu liburan yang panjang sesuka hati mereka.
Bekerja di India apalagi. Tak peduli seberapa telat mereka sampai ke kantor, asal mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, mereka tidak akan terkena hukuman sama sekali.
Orang Jepang sendiri sangat sungkan untuk mengambil cuti kerja. Saat mereka sakit, biasanya mereka akan menggunakan jatah liburan dari kantor mereka dibanding harus menggunakan cuti kerja mereka untuk membayar waktu yang mereka terpaksa gunakan karena sakit. Mereka tak rela untuk kehilangan waktu untuk bekerja.
4. Fokus pada makanan
Orang Meksiko punya kebiasaan untuk benar-benar menikmati saat makan mereka. Biasanya mereka akan menggunakan dua jam untuk istirahat makan.
Di negara-negara lain, pesta perpisahan atau lainnya biasa dirayakan saat makan siang, bukan diadakan saat jam pulang kantor, plus, mereka diperbolehkan makan sarapan dan minum minuman beralkohol saat bekerja.
Di Korea, kalau pekerja harus lembur untuk menyelesaikan suatu proyek, mereka akan makan malam dulu.
Lain dari pada yang lain, kebanyakan pekerja kantoran orang Jepang akan diberikan satu jam untuk makan siang. Namun lucunya, banyak orang akan makan secepatnya di meja mereka masing-masing dan kembali ke pekerjaan mereka saat waktu makan siang. Minum saat di kantor pun diperbolehkan. Biasanya kopi dan teh akan tersedia untuk menambah tenaga mereka untuk bekerja di waktu yang lama.
5. Unsur individual dalam bekerja sebagai tim
Di Rusia, pekerjaan dianggap sebagai perintah dibandingkan permintaan. Pekerja yang memiliki posisi rendah biasanya tidak akan banyak berkomunikasi dengan pekerja yang memiliki posisi lebih tinggi dari mereka. Pekerja-pekerja yang memiliki posisi tinggi biasanya mengacuhkan mereka yang berada di bawah mereka. Dari sini bisa kita simpulkan, hirarki dalam susunan organisasi jelas terlihat.
Di India, orang orang yang bekerja kantoran biasa akan bekerja sendiri-sendiri. Saat telepon di meja sebelah mereka berdering, mereka tidak akan menjawabnya; mereka hanya akan peduli terhadap telepon mereka sendiri.
Saat orang America menerima email, mereka akan membacanya semua, mencari informasi yang dibutuhkan, dan melanjutkan pekerjaan lainnya tanpa membalas email tersebut. Sepertinya mereka tidak suka membalas email. Di India, sangat wajar apabila klien harus menunggu sekitar semingguan untuk mendapat jawaban dari email yang mereka kirim. Mereka lebih memprioritaskan diri mereka sendiri daripada klien.
Orang orang di Australia sering pindah pindah pekerjaan mereka. Saat perusahaan-perusahaan asing menggelar sebuah acara di luar jam mereka, mereka bebas memilih untuk berpartisipasi atau tidak.
Bagaimana dengan orang Jepang? Bagi orang Jepang, kerja sama adalah hal yang paling mutlak di kantor. Memperlihatkan solidaritas dengan tinggal di kantor untuk lembur sangatlah diperhatikan untuk ke jenjang karir yang lebih tinggi. Selain itu. membuktikan kesuksesan perusahaan sendiri adalah prioritas utama setiap pekerja di kantoran tersebut.
6. Peran gender yang terbalik
Di Eropa bagian utara, perusahaan diwajibkan untuk memberikan pekerja pria ataupun wanita mereka cuti mengurus anak.
Di Vietnam, wanita paling bekerja keras di tempat kerja. Mereka akan berkeringat sangat deras dan bekerja keras. Sedangkan, yang pria tidak melakukan apapun. Pria berasal dari Asia Tenggara lebih dikenal sebagai individu yang malas.
Secara sosial, pembagian peran secara gender sangat kentara di Jepang. Laki-laki akan bekerja sangat lama untuk menyediakan uang untuk keluarganya dimana yang wanita akan tinggal di rumah untuk mengurus anak anak. Adalah kebudayaan baru bagi mereka apabila ada wanita menunjukkan karir yang bagus di perkantoran atau laki-laki tinggal di rumah untuk mengurus anak-anak.
7. Perusahaan tidak peduli akan karyawannya.
Banyak tempat di dunia di mana pekerja diberi tips oleh para konsumennya karena menunjukkan sikap positif dan memberikan pelayanan yang baik.
Di Cina, pembayaran gaji benar-benar diukur melalui besar produktivitas, dan total yang mereka dapat biasanya tidak banyak.
Jepang tidak memiliki kebiasaan untuk memberikan tips; kecuali di kondisi tertentu, dan butuh beberapa proses. Perusahaan lebih diwajibkan untuk mampu menggaji karyawannya untuk memenuhi kebetuhan hidupnya secara penuh.
Tentu saja 7 pandangan ini tidak semuanya sama di setiap lingkungan kerja di negara asing. Namun, pandangan pandangan ini mengajarkan kita bagaimana rasanya bekerja sebagai karyawan kantoran di Jepang. Mungkin bekerja sebagai karyawan kantoran di Jepang sangat melelahkan baik di jumlah pekerjaan dan juga waktu pekerjaannya. Namun kepuasan karir dan gaji tentu akan membayar itu semua. Bagaimana menurutmu? Maukah anda bekerja di luar negeri sekarang? :D