Petinggi Dewan Pendidikan Osaka mengatakan pada konferensi pers pada hari Selasa bahwa seorang siswa SMA berumur 17 tahun melakukan bunuh diri pada 23 Desember silam setelah ia dihukum secara fisik oleh seorang guru yang melatih tim basketnya.
Dewan pendidikan mengatakan insiden tersebut terjadi di SMA Sakuranomiya pada 22 Desember kemarin. Anak laki-laki tersebut, yang memiliki catatan akademis yang gemilang, adalah kapten tim basket sekolah di mana seorang guru berumur 47 tahun telah melatih tim basket sekolah tersebut sejak tahun 1994, menurut laporan Fuji TV.
Para petinggi mengatakan anak tersebut gantung diri dengan sebuah dasi di rumahnya. Ibu anak tersebut menemukan surat yang ditujukan kepada sang guru dan sebuah catatan yang mengatakan bahwa ia tidak terima dihukum secara fisik. Si guru pelaku tersebut kemudian diinterogasi oleh dewan sekolah dan mengakui bahwa Ia telah menampar wajah anak tersebut beberapa kali, Menurut laporan Fuji TV. Ia mengatakan, bahwa Ia melakukannya untuk menguatkan anak tersebut, menurut laporan dewan Sekolah.
Hukuman fisik dilarang diterapkan di sekolah-sekolah di Jepang. Namun, setelah tindakan bunuh diri anak tersebut, sekolah melakukan survei terhadap 50 anggota lama dan anggota sekarang klub basket tersebut. Dua puluh satu dari mereka mengatakan mereka pernah dihukum secara fisik oleh sang guru.
Pelatih tersebut telah meminta maaf kepada keluarga anak tersebut setelah kematiannya, menurut laporan media lokal, yang juga menambahkan bahwa polisi sedang menginterogasi pria tersebut.
Jepang, dengan populasi sekitar 128 juta, merupakan salah satu negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia, dengan lebih dari 30.000 orang yang melakukan bunuh diri setiap tahunnya.
Kasus seorang anak berumur 13 tahun yang bunuh diri dengan melompat dari atas sebuah gedung apartemen pada tahun 2011 silam menjadi sangat terkenal di Jepang setelah sebuah survei yang ditujukan pada siswa mengungkapkan ia menjadi sasaran tindakan bullying.
source : japantoday.com via japanesia.org