Berita Jepang | Japanesestation.com

Ujian sekolah untuk sekitar 10.000 siswa kelas 3 SMP di Saitama secara tiba-tiba dibatalkan setelah adanya kebocoran soal.

Penyelenggara ujian, Asosiasi Kepala Sekolah Menengah Pertama Kota, sedang mencari tahu apa yang mungkin menyebabkan kebocoran tersebut. Sehari sebelum ujian, mereka membatalkan kegiaan tersebut, dengan alasan “keraguan tentang keadilan dan ketidakberpihakan mungkin muncul.”

Dewan pendidikan mengklaim bahwa mereka dikirimi surat anonim yang mengaku berasal dari orang tua murid. Pada selasa pagi (5/11), para pejabat menemukan surat tersebut, yang mengklaim bahwa “gambar-gambar soal ujian beredar di antara para siswa.”

Mereka telah mengonfirmasi bahwa foto-foto yang ada di dalam surat tersebut memang benar merupakan soal ujian. Pihak penyelenggara ujian kemudian menanggapi dengan memutuskan untuk menunda ujian pada sore hari itu dan mengirim email kepada orang tua dan siswa untuk memberi tahu mereka.

Beberapa sekolah menengah swasta menggunakan “tes akademik asosiasi kepala sekolah SMP Kota Saitama”, yang terdiri dari penilaian dalam lima mata pelajaran (Bahasa Jepang, matematika, sains, ilmu pengetahuan sosial, dan Bahasa Inggris), sebagai panduan untuk keputusan penerimaan siswa baru dan bimbingan akademik.

Ujian sekolah yang dijadwalkan pada hari ini Rabu (6/11) dimaksudkan untuk diberikan satu kali pada bulan September dan November 2024 dan satu kali pada bulan Januari 2025 kepada siswa yang terdaftar di 58 SMP kota serta SMP yang terkait dengan Universitas Saitama.

Pada akhir Oktober, kertas soal ujian dikirim ke sekolah-sekolah dengan perintah untuk menyimpannya dalam keadaan terkunci. Asosiasi saat ini sedang melakukan jajak pendapat untuk mengetahui apakah kunci digunakan dan bagaimana setiap sekolah menyimpan materi ujian. Selain itu, asosiasi juga sedang memperdebatkan apakah akan menunda atau membatalkan ujian akademis secara keseluruhan.

“Kami dengan tulus meminta maaf karena telah menyebabkan kecemasan di antara anak-anak dan orang tua,” kata Makoto Oguma, kepala sekolah SMP Saitama Municipal Nisshin sekaligus kepala asosiasi. "Kami akan melakukan segala upaya untuk menjamin bahwa siswa tidak dirugikan dalam mengambil keputusan yang adil dan tidak memihak untuk masa depan mereka."