Rupanya pemerintah Jepang tak perlu menerapkan program Keluarga Berencana bagi warganya. Muda-mudi di Jepang, ternyata malas untuk menikah, dengan alasan sepele, tak mau repot. Awal tahun kemarin, menurut Kementerian Kesehatan setempat, penduduk Jepang turun mencapai 244.000. Penurunan ini lebih besar dari penurunan sebelumnya. Muda-mudi Jepang, ternyata tak begitu tertarik jika dibebankan kesibukan mengurus anak, belum lagi masalah pajak yang harus dikeluarkan. Jadi, jangankan bisa melihat pasangan suami istri, melihat anak-anak Jepang, jika di bandingkan dengan jumlah anak-anak di Indonesia, jauh berbeda. Jumlah penduduk Jepang tercatat 126,34 juta pada 31 Maret pada tahun lalu. Mengalami penurunan 0,2 persen dari satu tahun sebelumnya. Beberapa mal di Jepang, saat dikunjungi Tribun, arena permainan anak yang disediakan, juga tak sebegitu ramai, jika dibandingkan dengan arena permainan anak di Indonesia. Dan jangan salah, banyak sekolah-sekolah yang tutup lantaran kekurangan siswa didik. Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra mengungkapkan, pemerintah Jepang memiliki dilema atas hal ini. "Anak muda Jepang, banyak sekali yang tak mau punya anak. Belum lagi, tingkat usia di Jepang, panjang sekali, banyak orang-orang tua yang panjang umurnya," kata Yusron kepada Tribun. Menurut Kementerian Kesehatan setempat menyatakan, penurunan penduduk negaranya besar dari angka tertinggi yang tercatat pada 2012 yaitu sebesar 219.000. Sekitar 1.031 juta bayi lahir pada tahun 2012. Hal ini mengalami penurunan sekitar 6.000 dibandingkan pada tahun sebelumnya. Warga Jepang yang meninggal pada tahun lalu tercatat 1.275.000. Hal ini mengalami kenaikan hanya sekitar 19.000 pada tahun 2012. Jika tren ini berlanjut, diperkirakan penduduk Jepang akan menyusut sepertiga dalam kurun waktu 50 tahun ke depan. Masih dari data Kementerian Kesehatan Jepang diungkap, seperempat penduduk saat ini berusia lebih dari 65 tahun. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat hampir kurang lebih 40 persen pada tahun 2060.