Sebagai fotografer Indonesia yang tinggal di Jepang, rasanya seperti mimpi waktu November lalu saya mendapat kesempatan membawa model Jepang untuk photoshoot di Borobudur! Tim kami semua suka Jepang, namun terlebih dari itu kami cinta Indonesia dan ingin memperkenalkan wisata dan budaya Indonesia ke seluruh dunia lewat fotografi. Bahkan model Jepangnya yaitu Rei Yamada belajar tari tradisional Bali dan sebelumnya pernah ke Indonesia.
Saya dan Rei-chan berangkat dari Nagoya dan awalnya semua berjalan sempurna. Agar kunjungan kali ini berkesan buat modelnya, mulai dari transit di Jakarta pun kami menyiapkan hotel yang bagus. Dia senang bisa berenang malam di kolam hotel dan ketagihan makan makanan khas kita yaitu Nasi Goreng (tiap hari dia pasti pesan itu). Karena kami mengincar photoshoot sunrise Borobudur, di hari photoshoot-nya Rei-chan harus bangun jam 3 pagi untuk di-makeup dan pakai kebaya dulu. Kemegahan Borobudur, keindahan baju tradisional kebaya, dan panorama matahari terbit yang ditangkap dengan lensa ultrawide, pasti jadi kombinasi yang bisa menunjukkan keajaiban Indonesia!
Tentunya kami sudah confirm sebelumnya dengan pihak Borobudur, di mana kami diarahkan untuk menghubungi hotel yang eksklusif mengurus bis tur sunrise-nya. Melalui telepon, kami menjelaskan bahwa kami akan photoshoot kebaya dengan model Jepang saat sunrise dan ingin mengurus izin untuk hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa tidak perlu izin khusus dan tinggal masuk kompleks Borobudur lewat bis tur sunrise-nya saja, yang harganya pun memang cukup mahal. Katanya peserta bis sunrise ya semua foto-foto di Borobudur, jadi tidak ada masalah.
Eh, begitu sampai di lokasi keberangkatan bisnya, tiba-tiba kami dihentikan oleh petugas di sana! Mereka melihat baju kebaya Rei-chan dan mengatakan bahwa karena bajunya tidak wajar maka untuk foto-foto perlu izin khusus! DSLR kami tidak dipermasalahkan, dan kalau Rei-chan ganti baju kami baru boleh mengambil foto. Aneh sekali, di tanah Indonesia ini turis asing di samping kami yang menggunakan tanktop dan celana sangat pendek menjadi wajar, sedangkan Rei-chan yang menggunakan kebaya asli Indonesia malah yang menjadi tidak normal. Kami menjelaskan bahwa kami sudah menanyakannya lewat telepon, namun petugas di lokasi bersikeras bahwa hanya boleh foto-foto kalau pakai baju “normal”. Kantor yang katanya berwenang memberi izinpun belum buka karena memang mataharipun belum terbit.
Pada akhirnya kami tidak bisa foto di Borobudur dan harus puas photoshoot di candi Mendut (foto di awal artikel). Rei-chan tentunya sangat kecewa, namun tetap profesional berpose sebaiknya di hari tersebut. Ah, rasanya sungguh ironis. Di saat pemerintah Indonesia kesulitan mencapai target wisatawan asing, justru kami rakyatnya yang ingin berkarya mengusung nama Indonesia malah dipersulit.
Di Jepang saya sudah pernah photoshoot di berbagai tempat, mulai dari kuil Kiyomizudera sampai taman istana Kaisar di Tokyo, dan di sana kalau sudah bayar biaya masuk ya bebas photoshoot walaupun pakai baju tradisional Kimono misalnya. Kalau tempatnya dikenal sebagai lokasi foto yang bagus, justru orang malah banyak datang dan tiket masuknya itu yang menjadi pendapatan untuk lokasinya. Selain di Candi Mendut, kami juga photoshoot di Kotagede dan Taman Sari. Terima kasih banyak untuk member tim kali ini yaitu fotografer Andrianna, fashion designer Jessica Wihelmina dan Fika Nadia, pengusaha dan ketua APIMUN Taufan Himawan, dan tentunya juga media partner Japanese Station.
Silakan di-share postnya kalau kalian peduli dengan pariwisata Indonesia dan ingin Indonesia lebih baik. Untuk melihat foto-foto lainnya, bisa follow @meibishashin di Twitter/Instagram. Follow juga modelnya Rei-chan di Twitter @et7luna dan mungkin kalian bisa kasih semangat biar dia nggak kapok main ke Indonesia lagi. :)
(Meibi Photography)