Berita Jepang | Japanesestation.com

Pernah lihat orang yang memiliki telapak kaki mengarah ke dalam? Dalam istilah medis, kondisi ini disebut pigeon toe atau toeing, yaitu kondisi dimana telapak kaki mengarah ke dalam dan terlihat saat berjalan atau berlari. Pigeon toe atau yang dalam bahasa Jepang disebut ‘uchimata’ sering kali ditemui pada anak-anak, tetapi, ada banyak wanita Jepang yang mengalami kondisi ini. Kenapa?

Pigeon Toe
Pigeon Toe (grapee.jp)

Sebuah klub debat di Ueno, Worrisome Kilt, memperdebatkan topik ini. Teori pertama adalah bahwa kondisi ini terjadi karena hasil dari cara ibu-ibu di Jepang menggendong bayi mereka dengan gendongan di pinggul.

Namun teori ini tidak kuat, karena sangat sedikit ibu muda di Jepang yang menggendong bayi mereka di pinggul. Selain itu, menggendong bayi di pinggul adalah umum di Afrika, namun pemandangan pigeon toe secara massal tampaknya lebih umum di Jepang.

Teori kedua adalah bahwa orang Jepang memiliki betis yang lebih pendek daripada kebanyakan orang, dan ini membuat telapak kaki mereka mengarah ke dalam. Tetapi sekali lagi, teori ini tidak kuat.

Pigeon Toe
Pigeon Toe pada wanita Jepang (grapee.jp)

Seorang mahasiswa kedokteran yang berpengetahuan luas dalam grup debat juga berteori. Teorinya, sama seperti teori kedua, tetapi lebih didasarkan pada praksis, adalah bahwa prevalensi pigeon toe adalah akibat dari seiza, praktik duduk di atas betis. Namun teori ini kembali dibantahkan karena duduk di atas betis sudah bukan merupakan hal yang biasa di Jepang.

"Mungkinkah pigeon toe sebenarnya adalah keputusan (yang diambil dengan) sadar, yang dibuat oleh wanita dalam upaya untuk terlihat manis?" Ucap seorang sosiologi dalam klub debat. Pertanyaan ini menyebabkan kekacauan dalam klub untuk beberapa saat.

Pigeon Toe
Wanita Jepang dengan Pigeon Toe (grapee.jp)

"Pigeon toe (mungkin) memang penderitaan," jelasnya. "Tapi itulah intinya. Jepang adalah masyarakat patriarkal dan, sebagai patriark, para prianya suka melihat wanita tampak cacat. Kondisi ini adalah lambang status inferior mereka” Dan debat berakhir disini.

Jadi apakah wanita Jepang kembali ke gaya berjalan normal ketika tidak ada pria? Bagaimana menurut kamu?