Wisatawan muslim yang berkunjung ke Jepang diharapkan mencapai 1 juta orang pada tahun 2020, tiga kali lipat dari tahun 2013. Berdasarkan CresentRating, yang mempromosikan 'halal' atau travel muslim, menyebutkan Asia Tenggara akan menjadi kunci utama sumber wisatawan muslim setelah Tokyo membuat kebijakan kemudahan pengajuan visa.
Wisatawan muslim yang datang ke Jepang tumbuh rata-rata 7,2 persen dari tahun 2004 hingga 2013, dan peningkatan ini sepertinya akan ditingkatkan menjadi rata-rata 18,7 persen dalam 7 tahun mendatang. "Panduan utama adalah pencabutan persyaratan visa bagi negara-negara ASEAN, dan meningkatkan kepedulian terhadap potensi pasar wisata halal oleh industri wisata Jepang," ujar Direktur Eksekutif CrescentRating Fazal Bahardeen dalam konferensi pariwisata Halal di Tokyo pekan lalu. Jepang mengumumkan pada bulan Juni bebas visa selama 15 hari bagi wisatawan asal Indonesia dan kemudahan pengajuan masuk untuk wisatawan asal Malaysia dan Thailand. Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia dan Malaysia memiliki populasi muslim yang dominan. Menurut Fazal, tahun 2013, sumber pasar tiga tertinggi bagi wisatawan muslim ke Jepang adalah Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah membuat pembangunan sektor pariwisata sebagai kunci utama dalam pemerintahannya. Karun Budhraja, Vice President for Corporate Marketing and Communications di Perusahaan Teknologi dan Pariwisata Amedeus Asia Pacific mengatakan sektor pariwisata akan mendapat dorongan saat Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade 2020. "Sebuah pergerakan positif dalam beberapa tahun terakhir oleh Jepang yang memperkenalkan pembebasan visa bagi 66 negara, termsuk Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia yang masing-masing dengan populasi muslim," ujar Budhraja. Jepang merupakan negara homogen terbesar di dunia dengan sekitar 100 ribu muslim, yang memiliki kebutuhan dasar saat mereka melakukan perjalanan, termasuk di dalamnya restoran yang menyediakan makanan halal dan musala di airport, mal dan hotel.