Berita Jepang | Japanesestation.com
Jelang Olimpiade, Jepang Sibuk dengan Mobil Hidrogen
Shinzo Abe mengendarai mobil hidrogen

Menjelang penyelenggaraan Olimpiade 2020, pemerintah kota Tokyo mendukung penggunaan mobil hidrogen. Ibukota Jepang itu berani menggelontorkan dana senilai 45,2 miliar yen atau sekitar Rp 4,8 triliun. Rencananya, dana itu akan dihabiskan untuk subisidi kendaraan sel bahan bakar dan dan stasiun pengisian ulang hidrogen yang akan disiapkan menjelang Olimipade 2020. Seperti dilansir Inautonews, Rabu (21/1/2015), rencana ini juga merupakan bagian integral dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan Jepang pada tenaga nuklir. Rencana ini dibuat di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe. Sebelumnya, Tokyo telah berjanji untuk membangun 35 stasiun pengisian bahan bakar hidrogen baru yang akan digunakan kendaraan sel bahan bakar. Tidak hanya itu, pemerintah setempat juga sedang melakukan negosiasi kesepakatan dengan pabrikan asal Negeri Sakura, Toyota dan Honda. Menurut Kepala Tim Perencanaan Departemen Energi Tokyo Makoto Fujimoto, pabrikan asal Jepang terbesar pertama dan ketiga itu akan menyumbang 6.000 mobil hidrogen di jalanan Tokyo selama ajang Olimpiade 2020. Kembali pada Maret 2011 ketika Jepang dilanda musibah gempa bumi dan tsunami, pembangkit listrik Fukushima Daiichi. Pada Perang Dunia II, Jepang juga telah mengalami bencana terburuk pada nuklirnya. Karenanya, Negeri Matahari ini sangat bergantung pada hidrogen. Untuk itu, pemerintah Tokyo tak segan berinvestasi dan meningkatkan sistem transportasi untuk membuat sel bahan bakar yang ramah dalam rangka persiapan ajang olahraga terbesar empat tahunan. Menurut Perdana Menteri Jepang Abe yang telah menerima mobil hidrogen Toyota Mirai pertama kali, Jepang akan segera menjadi masyarakat hidrogen dengan sel penghasil tenaga listrik yang yang berasal dari unsur kimia. Namun, tenaga itu tidak hanya bisa menjalankan mobil, tapi juga bangunan ruman dan perkantoran.