Berita Jepang | Japanesestation.com

Pendidikan di Jepang telah lama dianggap sebagai hal yang penting. Pada akhir 1800-an, para pemimpin Meiji mendirikan sistem pendidikan publik, bahkan saat zaman Edo, lebih dari 70% dari semua anak di Jepang bersekolah. Sampai saat ini, sekolah masih dipandang sebagai batu loncatan yang sangat penting di awal kehidupan. Sistem pendidikan Jepang juga dianggap sebagai salah satu system pendidikan terbaik di dunia.

Meskipun ada kemiripan dengan sekolah-sekolah di berbagai negara, tapi pernahkah kamu bertanya-tanya seperti apa kehidupan sekolah di Jepang? Berikut ini adalah fakta-fakta mengejutkan tentang kehidupan sekolah di Jepang yang mungkin berbeda jauh dari bayanganmu dan akan membuat kamu terkejut!

1. Guru Tidak Menghukum Siswa Keluar dari Kelas

Ilustrasi Siswa SMA (nippon.com)

Mari kita hadapi fakta, bahwa anak-anak tetaplah anak-anak. Tidak peduli dari budaya atau negara manapun mereka berasal, akan selalu ada beberapa anak yang cenderung berperilaku buruk! Ini adalah salah satu dari banyak tantangan yang dihadapi para guru dalam pekerjaan mereka.

Di banyak negara di luar Jepang, menghukum siswa yang berperilaku tidak pantas keluar dari kelas adalah praktik standar. Namun, hal ini adalah larangan besar di sekolah-sekolah Jepang. Pasal 26 Konstitusi Jepang menyatakan, “Semua orang berhak untuk menerima pendidikan yang sama…” dan karena itu, para guru Jepang tidak berani mengeluarkan siswa dari kelas. Alhasil, para guru di Jepang terbiasa tetap tenang dan sabar sambil melanjutkan pelajaran. Namun, ada kasus langka dimana hal ini terjadi jika siswa terus mengganggu di kelas.

2. Makan Makanan yang Sama dan Disajikan oleh Siswa

Makan siang
Siswa di Jepang makan bento di kelas (jpninfo.com)

Di banyak negara lain, siswa dapat memilih antara membeli makan siang di kafetaria atau membawa kotak bekal sendiri. Namun, di Jepang, siswa dilatih untuk makan jenis makanan yang sama (terlepas dari preferensi mereka) dan menghabiskannya dalam waktu yang ditentukan.

Sebagian besar sekolah Jepang tidak memiliki kafetaria, sehingga siswa tidak bisa membeli makanan sendiri, tetapi bekal makan siang buatan sendiri diperbolehkan untuk acara-acara tertentu, selama isinya sesuai dengan peraturan sekolah. Maksudnya, bekal yang dibawa sendiri tidak boleh berisi makanan-makanan yang tidak sehat.

Bahkan di beberapa sekolah, siswanya bertanggung jawab untuk menyajikan makanan di area makan sekolah kepada siswa lain, sambil mengenakan topeng putih, gaun, dan bandana. Setelah makan siang, mereka harus membersihkan dan mengembalikan wadah makanan mereka sendiri. Semuanya berada di bawah pengawasan guru.

3. Siswa Tidak Bisa Gagal

Fakta seragam sekolah Jepang japanesestation.com
Siswa Jepang (pakutaso.com)

Ini mungkin merupakan keuntungan terbesar yang pernah dimiliki siswa Jepang dalam hidup mereka. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Filipina, bahkan Indonesia, siswa yang tidak berprestasi baik di sekolah akan ditahan untuk meningkatkan keterampilan mereka lebih lanjut. Beruntungnya bagi orang Jepang, mereka selalu naik kelas terlepas dari nilai ujian dan prestasi mereka.

Seorang siswa bisa saja gagal dalam setiap ujian dan membolos, tetapi tetap bisa mengikuti upacara wisuda pada akhir tahun. Nilai ujian mereka hanya penting ketika mereka mengambil ujian masuk untuk masuk ke sekolah menengah dan universitas. Namun, bukan berarti anak-anak Jepang tidak perlu bekerja keras! Mereka berusaha keras untuk mempelajari kanji Jepang sehingga mereka dapat membaca sejumlah yang diharapkan pada usia yang tepat, serta mata pelajaran lainnya.

4. Tidak Ada Petugas Kebersihan

membersihkan sekolah
Siswa bertanggung jawab membersihkan sekolah (jpninfo.com)

Di Jepang, kebersihan sekolah tidak bergantung pada petugas kebersihan. Siswa lah bertanggung jawab membersihkan setiap bagian sekolah mereka, termasuk toilet. Tidak hanya siswa, tapi guru, staf sekolah, dan bahkan wakil kepala sekolah dan kepala sekolah semuanya bergabung bersama untuk membersihkan sekolah.

Melalui praktik sekolah Jepang yang unik ini, siswa dilatih tidak hanya untuk kebersihan diri sendiri, tetapi juga menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Konsep mempekerjakan seseorang untuk membersihkan sekolah bagi mereka benar-benar hal yang asing.