Berita Jepang | Japanesestation.com

Pernah menjadi pelopor transaksi tanpa uang tunai, Jepang kini tertinggal karena ekonomi dunia semakin merangkul transaksi digital, sementara populasi Jepang yang menua masih lebih memilih uang tunai.

Di Jepang, meskipun memiliki reputasi sebagai negara yang futuristik dan inovatif, empat dari lima transaksi masih dilakukan dengan uang tunai. Di Korea Selatan, sekitar 90 persen transaksi dilakukan secara digital, sementara Swedia menargetkan untuk menjadi negara tanpa uang tunai pada awal tahun 2023. Tetapi di Jepang, di mana kejahatan dan pemalsuan hampir tidak ada, orang merasa lebih nyaman membawa uang tunai.

perusahaan Jepang paling kaya japanesestation.com
Ilustrasi uang (pakutaso.com)

Dalam survei yang diterbitkan pada hari Senin dan dilakukan antara Juni dan Juli, 18,5% rumah tangga mengatakan mereka menggunakan uang elektronik untuk berbelanja dengan 1.000 yen atau kurang dihabiskan. Sementara di antara rumah tangga dengan anggota berusia 20-an dan 30-an, rasionya jauh lebih tinggi, pada 35,6%. Tetapi terlepas dari perkembangan transaksi digital, "cash-is-king" tetap tertanam dengan survei yang menunjukkan 84% masih menggunakan uang tunai.

Bengkel sepeda milik Katsuyuki Hasegawa memberikan layanan pelunasan tagihan pelanggan menggunakan PayPay, dengan menggunakan kode QR melalui smartphone mereka. “Tetapi hanya dua atau tiga orang dalam seminggu yang menggunakan layanan tersebut,” kata Hasegawa kepada AFP.

"Di tempat seperti ini, semuanya berjalan sangat lambat. Kami mendapatkan banyak pelanggan orang tua yang suka mengobrol sambil mengeluarkan uang mereka. Mereka tidak perlu transaksi cepat," kata seorang penjaga toko berusia 40 tahun.

Transaksi Digital
Transaksi Digital (informalnewz.com)

Jepang menjadi masyarakat "super-tua" pertama dengan lebih dari 28 persen warganya berusia 65 atau lebih, orang-orang lebih memilih untuk pergi ke bank atau bolak-balik ke ATM. Menurut Yuki Fukumoto, seorang analis di NLI Research Institute, lebih sulit untuk membujuk konsumen untuk menggunakan teknologi baru. "Tantangannya mulai sekarang adalah bagaimana memotivasi orang untuk merubah kebiasaan mereka."

Ini adalah tantangan yang serius di negara dengan lebih dari 200.000 ATM dan sebagian besar toko kecil hanya akan menerima uang tunai untuk menghindari biaya transaksi yang tinggi. Pemerintah Jepang telah menjadwalkan kenaikan pajak penjualan menjadi 10 persen pada Oktober lalu. Sadar bahwa kenaikan tersebut dapat merugikan, Tokyo menggantungkan harapan pada transaksi digital.

ATM Seven Bank (matcha-jp.com)

Banyak orang yang menunda penggunaan transaksi digital ketika raksasa ritel Seven & I Holdings mengalami serangan peretasan segera setelah meluncurkan sistem pembayaran kode QR baru dan terpaksa membatalkan skema tersebut.

Di tahun 1990-an, perusahaan Jepang Denso Wave mengembangkan kode QR pertama yang sekarang sering digunakan dalam pembayaran tanpa tunai. Sementara Sony telah menawarkan chip yang dapat digunakan untuk transportasi umum dan pembayaran sejak tahun 2000-an.

Kartu pembayaran untuk sistem transportasi di Tokyo dan kota-kota lain juga sering digunakan untuk pembelian kecil dari vending machine atau konbini, tetapi uang tunai tetap lebih disukai untuk transaksi lain.

Transaksi Digital di Jepang
Transaksi Digital di Jepang (straitstimes.com)

Meskipun kini telah ditunda, pemerintah Jepang berharap dapat memanfaatkan gelombang wisatawan yang diperkirakan akan membanjiri Olimpiade Tokyo 2020 untuk meningkatkan jumlah transaksi digital menjadi 40 persen pada tahun 2025 mendatang. Mereka juga berencana untuk memperkenalkan sistem poin untuk memberi sedikit penghargaan kepada pelanggan yang membayar tanpa tunai sebagai cara untuk mengurangi kenaikan pajak konsumsi yang kontroversial.

Saat ini, pemerintah Jepang terus mendorong untuk membuat lebih banyak orang Jepang beralih ke pembayaran tanpa tunai untuk memudahkan toko menghitung perkiraan penjualan dan bank untuk mengurangi mesin ATM yang mahal. Namun, karena pandemi COVID-19, ada kemungkinan juga terjadi perubahan pola pembayaran di Jepang, di mana sekarang masyarakat global memilih untuk menggunakan non-tunai/contactless payment dengan alasan lebih higienis. Apakah Jepang juga akan menjadikan ini sebagai kebiasaan baru yang akan mengubah budaya tunai mereka?

Sumber: The Straits Times, Reuters