Konon, dibandingkan dengan orang-orang dari negara lain, orang Jepang cenderung memandang diri mereka sebagai bangsa yang pemalu. Tata krama dan kesopanan dianggap sangat krusial dalam masyarakat Jepang, dan karenanya cara mengatakan tidak dalam bahasa Jepang hampir tidak dilakukan dengan cara yang lugas. Nah, hal ini menimbulkan keunikan tersendiri dalam budaya Jepang saat mengatakan "tidak".
Jika orang Jepang ingin mengatakan "tidak" dalam benak mereka, atau merasa tidak setuju dengan apa yang lawan bicaranya putuskan, mereka sering takut dan segan akan menyakiti perasaan lawan bicaranya. Jadi, biasanya mereka mungkin berpura-pura mengikuti apa yang dikatakan seseorang kepada mereka.
Sebaliknya, "tidak" dikomunikasikan dengan menghindari jawaban langsung dengan anggun dan elegan. Di sini kita akan melihat beberapa cara unik untuk mengatakan "tidak" dalam bahasa Jepang!
Budaya Jepang dan Menghindari Kata "Tidak"
Sifat orang Jepang yang menghindar dari mengatakan kata "tidak" secara terus terang sudah ada dari akar bahasa Jepang itu sendiri.
Contohnya, jika kita yang berada di Indonesia diajak pergi dengan teman kita dan ingin menolak dalam gaya orang Jepang, maka bentuknya akan seperti ini:
Teman: Kamu tidak akan datang malam ini, bukan?
Kamu: Betul, saya tidak ikut.
Secara alami, pertanyaan itu terjawab dengan kata "tidak", tanpa harus mengucapkan kata "tidak".
Seperti yang kamu lihat, dalam bahasa Jepang pertanyaannya tidak dijawab dengan tidak tetapi dengan ya (“hai”), meskipun jawabannya jelas merupakan penolakan. Contoh ini telah menggambarkan betapa dalam budaya berkata "tidak" sudah sangat berakar dalam kesadaran orang Jepang.
Bahkan ketika kata "tidak" sedang diperlukan pun, biasanya orang Jepang akan mengatakannya diikuti dengan ungkapan maaf dalam bahasa Jepang atau frase yang tetap menunjukkan ketertarikan, untuk melunakkan dampak dari "tidak" tersebut.
Cara Mengatakan "Tidak" dalam Bahasa Jepang
Orang Jepang selalu berpikir bagaimana cara untuk menyenangkan hati lawan bicaranya atau membuat perasaan lawan bicaranya lebih baik. Maka, seperti yang dibahas di atas sebelumnya, orang Jepang akan mencoba membuat lawan bicaranya senang atau 'berharap', bahkan ketika mereka tidak akan melakukannya sekalipun.
Kita ambil contoh dari kasus ini:
T: "Saya akan mengadakan pesta dengan beberapa teman saya Jumat malam ini. Maukah kamu bergabung dengan kami?"
Cara pertama: "Maaf. Saya punya rencana pada hari Jumat. Saya akan mencoba membuatnya lain kali! "
Dalam bahasa Jepang: ご め ん な さ い。 金曜日 は ち ょ っ と 予 定 が あ っ て 厳 し そ う。 ま た 誘 っ て く だ さ い。 (Gomennasai. Kinyoubi wa chotto yotei ga atte kibishis kudas. Mata sasotte kudai.)
Cara kedua: “Terima kasih atas undangannya! Saya akan berpikir tentang hal ini."
Dalam bahasa Jepang: お 誘 い あ り が と う ご ざ い ま す。 検 討 さ せ て く だ さ い。 (Osasoi arigatou gozaimasu. Kentou sasete kudasai.)
Cara ketiga: “Akhir-akhir ini saya sibuk. Saya harus menyampaikannya kali ini. "
Dalam bahasa Jepang: ち ょ っ と 最近 忙 し く て。 今 回 は 見 送 ら せ て く だ さ い。 (Chotto saikin isogashikute. Konkai wa miokurasete kudasai.)
Meskipun budaya 'berpura-pura' ini mungkin tampak seperti tindakan jahat di budaya orang lain, tapi ternyata hal ini sangat dapat diterima di Jepang, loh! Dan bahkan dianggap sebagai tindakan menghormati orang di sekitar mereka.
Akan tetapi, jika terpaksa, bagaimana cara terbaik untuk menjawab ketika kamu benar-benar perlu mengatakan "tidak" dengan benar?
Kamu mungkin ingin melakukannya dengan cara Jepang yang otentik dan melembutkan pukulan TIDAK dengan permintaan maaf, atau frase yang tetap menunjukkan minat kamu pada subjek dan pembicara. Perhatian tertentu terhadap orang lain ini adalah bagian yang sangat penting dari komunikasi Jepang. Berikut beberapa contohnya:
・ す ご く 楽 し そ う な の だ け ど… (Sugoku tanoshisouna dakedo...) - Kedengarannya sangat menyenangkan, tapi...
・ 行 き た い の は や ま や ま だ け ど… (Ikitai no wa yamayama dakedo...) - Saya ingin sekali pergi / datang / bergabung, tapi...
・ 本 当 に 申 し 訳 な い の だ け ど… (Hontou ni moushiwakenai no dakedo...) - Maafkan aku, tapi...
・ ご め ん な さ い 、 次 回 は 必 ず ... (Gomenasai, jikai wa kanarazu...) - Maaf, tapi lain kali pasti!
Nah, kalimat ini dapat diakhiri dengan け ど (tetapi), karena ini menyiratkan bahwa "tidak" secara tidak langsung. Di sini, orang Jepang berharap lawan bicaranya sudah paham rasa segan dan penolakan yang ingin mereka arahkan pada lawan bicaranya.
Nah, bagaimana? Unik kan cara orang Jepang berkomunikasi? SIapa tahu ini bisa menjadi referensimu dalam berkomunikasi dengan orang Jepang nantinya! Semoga bermanfaat!