Berita Jepang | Japanesestation.com

Standar kecantikan bisa sangat berbeda dari satu budaya ke budaya lain, dan beberapa dari standar itu bisa sangat ekstrim. Contohnya, wanita di Amerika menganggap warna kulit kulit kecokelatan lebih cantik, sedangkan wanita di beberapa negara di Asia menggunakan produk pemutih kulit untuk mencerahkan warna kulit mereka.

Tidak ada negara yang mirip dengan negara lain, bahkan negara yang secara geografis bersebelahan. Sebagai contoh, Jepang dan Korea Selatan bertetangga, dengan jarak tempuh hanya beberapa ratus kilometer saja. Meskipun memiliki sejarah yang saling terkait, dan memang memiliki kesamaan budaya tertentu, terdapat perbedaan besar antara standar kecantikan Jepang dan standar kecantikan Korea.

Bagaimana Umumnya Standar Kecantikan Modern Jepang?

Wanita Jepang
Wanita Jepang (pakutaso.com)

Standar kecantikan Jepang modern cenderung berfokus ke arah kulit yang cerah, tanpa cela, tubuh ramping, mungil, kaki panjang, dan kepribadian yang tenang. Meskipun "standar" tersebut terus berubah seiring waktu dan mungkin sebagian besar diabaikan oleh generasi berikutnya. Kulit putih telah lama dikaitkan dengan kecantikan di Jepang, sesuai dengan pepatah lama yang mengatakan, "kulit yang cerah menyembunyikan tujuh kekurangan".

Kecantikan alami yang sederhana adalah ciri khas standar kecantikan Jepang modern. Tentu saja, tampilan alami memerlukan kerja keras untuk mencapainya! Bulu mata keriting dianggap sebagai kecantikan plus di Jepang, baik yang diperoleh dengan penjepit dan lem bulu mata, atau pergi ke ahli kosmetik untuk pengeriting bulu mata, atau bahkan operasi kelopak mata.

Skincare Routine
Skincare Routine (bhg.com.au)

Industri kecantikan Jepang cenderung memiliki tumpang tindih antara perawatan kulit, kosmetik, dan perawatan kesehatan. Sebagai contoh, kecantikan Jepang percaya bahwa mencegah noda melalui metode alami jauh lebih baik daripada menghilangkan atau menyembunyikan noda setelah noda muncul. Tidak hanya secara teratur minum teh hijau untuk mendapatkan manfaat antioksidan, beberapa wanita Jepang mendinginkan teh dan mengaplikasikannya sebagai toner. Alternatif alami ini dapat memberikan kulit yang bersih bercahaya, sekaligus memperkecil pori-pori.

Namun di balik semua itu, banyak anak muda melaporkan rasa tidak percaya diri, dan penampilan tubuh yang buruk semakin menjadi masalah, terutama di kalangan wanita muda. Sikap negatif ini juga yang kemungkinan mendorong banyak orang untuk melakukan bedah kosmetik. Memang, dengan adanya stereotip “standar kecantikan”, banyak warga yang merasa tertekan untuk tampil prima, meski perlu langkah drastis.

Tidak Percaya Diri
Ilustrasi tidak percaya diri (pakutaso.com)

Budaya Jepang menganggap segelintir ciri fisik itu indah. Orang Barat yang tinggal di Jepang kemungkinan besar telah menerima banyak pujian yang ditujukan untuk "orang dengan hidung mancung". Sementara sebagian besar penduduk asli Jepang memiliki hidung yang kecil dan membuat banyak orang iri dengan penampilan fisik orang lain yang mereka anggap indah.

Di saluran YouTube-nya, Ryo :3 berbicara tentang tekanan yang dihadapi wanita Jepang untuk menjunjung standar kecantikan ini, dan apa yang terjadi ketika mereka memilih untuk tidak atau tidak dapat melakukannya.

Memiliki Kulit Gelap di Jepang

Ryo mengakui bahwa dia melanggar aturan terkait dengan apa yang dianggap standar kecantikan di negara asalnya ini, dan berpikir bahwa penting bagi orang lain untuk merasakan hal yang sama.

Budaya Jepang telah lama menganggap kulit dan cerah cerah enak dipandang. Pemikiran ini kemungkinan besar berkembang karena impor kosmetik pemutih dari Cina pada periode Asuka (1300-an). Orang-orang yang berkuasa menggunakan kosmetik ini, dan corak pucat yang mereka tunjukkan menjadi ciri yang dikagumi.

Namun, pada 1990-an dan 2000-an, tren tandingan berkembang. Wanita Jepang mulai menggelapkan kulit dan memakai riasan tebal. Menurut Ryo, tren ini mungkin merupakan bagian dari dorongan yang lebih besar terhadap norma sosial yang ketat. Jepang adalah negara yang menjunjung tinggi keseragaman. Selama periode ini, semakin banyak orang memilih untuk mengekspresikan individualitasnya, yang mereka lakukan dengan membuat pilihan busana yang lebih lantang.

Secara keseluruhan, Ryo menganggap ini adalah cara berpikir yang sehat. Orang-orang tidak perlu menyesuaikan diri dengan standar kecantikan orang lain, tetapi sebaliknya, mereka harus melakukan yang terbaik untuk diri mereka. Ryo senang memiliki kulit yang lebih gelap, meskipun secara tradisional dianggap tidak cantik. Baginya, kulit yang lebih gelap terasa sehat, dan paparan sinar matahari membantunya mengendalikan jerawatnya. Hanya karena dia seorang wanita tidak berarti dia perlu melakukan hal yang sama seperti para wanita di masa lalu.

Menjadi Wanita Tinggi di Jepang

Sekali lagi, Ryo meluangkan waktu dari jadwal konten normalnya untuk membicarakan kecantikan. Ryo memiliki tinggi di atas rata-rata, tepatnya 181 sentimeter. Sayangnya, menjadi sangat tinggi di Jepang bukan hal yang nyaman.

Biasanya, di negara yang padat, fasilitas dan bangunan berukuran kecil. Hal ini menimbulkan masalah bagi orang-orang bertubuh tinggi, yang sering kali harus berjongkok dan mengawasi kepala mereka saat menjalani hari. Selain itu, orang Jepang biasanya tidak tinggi. Rata-rata pria Jepang memiliki tinggi 170 cm. Hal ini juga membuat belanja pakaian menjadi sangat menantang bagi Ryo.

Terakhir, Ryo mencatat bahwa wanita tinggi tidak sesuai dengan standar kecantikan Jepang. Budaya Jepang kebanyakan lebih menyukai wanita bertubuh mungil yang dianggap imut. Ryo menerima banyak perhatian negatif atas tinggi badannya saat ia tumbuh dewasa dan mengalami kesulitan menyesuaikan diri dan mengatasi rasa tidak nyamannya. Dia sering merasa dihakimi oleh orang lain dan harus menghadapi pembullyan.

Meski demikian, Ryo adalah orang dewasa yang sekarang mengakui kepribadian dan kecantikannya sendiri. Dia tahu dia harus membuat pilihan untuk dirinya sendiri dan tidak bisa hidup untuk memenuhi harapan orang lain.

Sumber: The J-Beauty Collection, Japan Today