Berita Jepang | Japanesestation.com

Pada pertengahan bulan Maret lalu, tim Japanese Station diberi kesempatan untuk mengunjungi salah satu prefektur di Jepang yang berada di wilayah Kanto, yaitu Prefektur Ibaraki. Dalam kunjungan selama 4 hari ini, tim Japanese Station mengunjungi berbagai tempat menarik di prefektur ini. Seperti apa sih keseruannya? Yuk simak di bawah ini!

Pada hari pertama kunjungan, team Japanese Station tiba di bandara Narita di prefektur Chiba pada pukul 6.30 pagi setelah perjalanan yang memakan waktu lebih dari 6 jam dari bandara Soekarno-Hatta. Pada saat tim Japanese Station menjejakkan kaki di bandara Narita, hujan gerimis sedang turun, menyebabkan suhu di akhir musim dingin tersebut berada pada kisaran hanya 7 derajat Celsius saja.

Setelah semua peserta kunjungan kali ini telah berkumpul, kedua guide perjalanan kali ini, Mr. Mochida Yasuyuki dan Mr. Kaetsu Leonardo Yugo (yang bersikeras meminta dipanggil Leo) membawa  kami untuk menaiki bus yang telah disediakan. First stop kami setelah Narita, adalah sebuah restoran bernama Ichiko yang berada di wilayah kota Tsuchiura.

Sepanjang perjalanan, kami banyak diberi penjelasan mengenai Ibaraki oleh para guide kami. Di antaranya adalah bahwa Ibaraki ternyata terkenal di Jepang sebagai prefektur penghasil renkon, lho! Renkon itu apa sih? Renkon adalah umbi akar bunga teratai. Sayuran yang banyak digunakan dalam masakan Jepang ini dipanen pada masa di antara musim gugur dan musim dingin. Selain renkon, sebenarnya Ibaraki juga dikenal sebagai penghasil buah melon, dan adalah prefektur dengan jumlah hasil pertanian terbesar kedua di Jepang, lho! Tanah di Ibaraki subur karena adanya Danau Kasumigaura, danau kedua terbesar di Jepang yang ada tepat di tengah-tengah prefektur ini.

Setiba di restoran Ichiko, satu set makanan khas Jepang langsung disiapkan di hadapan kami. Menu makan siang tersebut terdiri atas soba dengan kuah tsuyu yang diberi irisan bawang daun dan udang goreng, serta tendon, hidangan nasi degan lauk tempura di atasnya yang diberi saus kecap khusus. Tempura yang dihidangkan tidak hanya tempura udang, namun juga tempura berbagai jenis sayuran, dan tentunya tidak ketinggalan juga, tempura renkon.

Selepas hidangan makan siang tersebut, tim Japanese Station dan para peserta lain kembali menumpangi bus, kali ini, menuju Lacus Marina di tepian danau Kasumigaura. Kali ini, tidak hanya mengunjungi tepiannya, kami juga berkesempatan mengikuti Kasumigaura Cruise mengitari sebagian danau besar tersebut yang ada di Tsuchiura dengan speedboat.

Salah satu objek menarik yang bisa ditemui di sini adalah adanya bangunan di tengah-tengah danau tersebut, yang ternyata adalah bangunan yang digunakan untuk meneliti air danau tersebut, dan juga ada perahu yang nampaknya difungsikan sebagai restoran terapung di malam hari. Di danau ini juga banyak terdapat perangkap ikan yang dibuat oleh nelayan setempat.

Uniknya danau ini, jika biasanya yang berlayar hanya nelayan atau semacamnya, di Kasumigaura, banyak penduduk sekitar danau tersebut memiliki kapal sendiri untuk berlayar di danau Kasumigaura. Bisa dibilang bahwa danau ini telah menjadi bagian dari jiwa para penduduk prefektur Ibaraki.

Selepas cruise, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, tujuannya adalah salah satu kuil Shinto yang disebut-sebut sebagai yang tertua di Jepang, yaitu Kashima Jingu. Kuil Shinto di Jepang disebut dengan 3 nama yang berbeda, yang pertama, jinja, adalah untuk kuil Shinto biasa, sedangkan taisha adalah sebutan untuk kuil Shinto tempat bersemayamnya dewa-dewa besar. Jingu sendiri adalah sebutan untuk kuil Shinto yang memiliki keterkaitan dengan keluarga kekaisaran.

Kashima Jingu didirikan oleh kaisar pertama Jepang yaitu Kaisar Jinmu, dan merupakan tempat bersemayamnya dewa perang, Takemikazuchi-no-Ookami. Keunikan kuil Shinto ini dibanding yang lain adalah, di kuil Shinto ini terdapat sebuah papan khusus untuk mendukung tim sepakbola Kashima Antlers, dan di lingkungan kuil Shinto ini juga dipelihara rusa, yang juga adalah hewan suci kuil ini. Kuil Shinto ini juga memiliki credit card sendiri lho!

Malam pertama di Ibaraki, kami menginap di Itako Hotel, di kota Itako. Hotel bergaya barat ini memiliki pemandangan danau yang indah yang bisa dilihat dari jendela-jendela kamarnya, serta bentuk unik jembatan kecil yang dibuat di depan pintu air di depannya. Walaupun hotel ini bergaya barat, namun di setiap kamarnya pengunjung akan dipinjamkan yukata lengkap yang nyaman dikenakan di dalam hotel. Tidak hanya itu, pemandian umum di hotel ini yang ditempatkan di lantai 4 juga sangat nyaman, dengan pemandangan kota Itako yang dapat dilihat dari jendelanya yang luas.

Makanan yang dihidangkan di hotel ini pun pastinya dapat memanjakan lidah kalian semua. Untuk makan malam, pengunjung dapat menikmati satu set makan malam yang terdiri atas nasi putih, sukiyaki, agemono, yakimono, dan sashimi, yang semuanya terasa sangat lezat karena bahan-bahannya menggunakan bahan segar yang semuanya berasal dari daerah Itako.

Daerah sekitar hotel ini juga cukup praktis dengan adanya mini market tepat di belakang gedung hotel ini, dan juga adanya club, restoran, dan bar di dekat stasiun kereta Itako yang dapat dicapai dengan berjalan 5 menit saja dari hotel.

Bagaimana, makin penasaran kan ingin mengunjungi langsung prefektur Ibaraki? Tapi tunggu dulu, perjalanan hari pertama ini baru pembuka perjalanan yang seru di Ibaraki! Di hari-hari berikutnya pun, Japanese Station akan memperkenalkan berbagai spot menarik di Ibaraki yang seru untuk kalian kunjungi, jadi, simak terus lanjutan artikel ini ya!

(All images:  Japanese Station - chaos_in_hell)