Berita Jepang | Japanesestation.com

Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya Jepang memiliki hubungan khusus dengan ketidakabadian, seperti yang ditunjukkan oleh kegembiraan penduduk Jepang akan bunga sakura di musim semi, hydrangea di musim panas, dan momiji di musim gugur. Konsep metaforis yang mendalam ini bahkan merupakan inti dari pemasaran produk Jepang. Banyak orang terobsesi terhadap barang-barang yang hanya dijual musiman. Dalam bahasa Jepang, konsep kehidupan ini disebut “mono no aware”.

Mono no aware” adalah kata bahasa Jepang yang tidak bisa diterjemahkan. Kata ini mengacu pada realita pahit dan manis dari sifat fana dalam segala sesuatu. Ini adalah konsep kesadaran bahwa segala sesuatu yang ada dalam kehidupan kita hanya bersifat sementara. Masa muda yang cepat berlalu, romantisme yang memudar, dan pergantian musim, tidak boleh disesali, tetapi disayangi dan dihargai.

Terjemahan literal

Mono no Aware

Mono no Aware, konsep Jepang (tokyoweekender.com)

Mono no aware diterjemahkan secara harfiah menjadi “the pathos of things”. “Aware” juga bisa diterjemahkan sebagai kesedihan, kesengsaraan, atau kepekaan, sedangkan "mono" mengacu pada "benda". Meskipun ada rasa sedih yang diasosiasikan dengan mono no aware, ini tidak dimaksudkan sebagai kesedihan, melainkan perasaan mendalam yang meliputi seseorang saat dia menyadari bahwa segala sesuatu bersifat sementara.

Asal Mula

Konsep mono no aware berasal dari era Heian (794 – 1185) yang saat itu sangat dipengaruhi Buddha, dan digunakan dalam literatur saat itu. Namun, baru pada abad ke-18 ketika sarjana terkenal Motoori Norinaga menerapkan pemahamannya tentang mono no aware dalam kritiknya terhadap karya-karya sastra Jepang, yaitu The Tale of Genji. Melalui ceramah dan kritiknya, istilah tersebut menyebar ke seluruh Jepang dan akhirnya menjadi tertanam dalam budaya dan tradisi Jepang.

Di Alam

Referensi ke alam sebagai contoh dari konsep Jepang ini dapat dilihat dalam karya sastra dan seni di Jepang, terutama gambaran bunga sakura. Dirayakan karena keindahannya sekaligus menandakan datangnya musim semi, bunga sakura hanya bermekaran selama sekitar dua minggu dalam setahun. Simbol lain yang biasa digunakan termasuk daun momiji di musim gugur, matahari dan bulan, hewan, dan bunga lainnya.

Contoh Modern

Mono no Aware

Mono no Aware, konsep Jepang (tokyoweekender.com)

Mono no aware masih hidup dalam film dan sastra Jepang. Sejumlah seniman manga dan anime menggunakan konsep tersebut untuk mendorong cerita dan menyampaikan perubahan waktu. Novelis Inggris-Jepang Kazuo Ishiguro, penulis buku best sellerNever Let Me Go” dan “The Remains of the Day”, dikenal karena membandingkan peristiwa masa lalu dan masa kini dengan cara yang mencerminkan mono no aware.

Jadi, Bagaimana Menjelaskan Mono no Aware?

Bukan perasaan sedih atau bahagia karena ada sesuatu yang hilang, melainkan pemahaman mendalam bahwa segala sesuatu adalah fana, dan merupakan fenomena alami terlepas dari hubungan kita dengan hal yang telah hilang. Konsep Jepang ini adalah kecintaan terhadap apa yang akan atau telah hilang, tetapi juga optimisme untuk apa yang ada di depan dan rasa tenang karena ini adalah hal yang wajar.

Sumber: The Culture Trip, Tokyo Weekender