Keramik yang rusak seringkali sudah tidak dianggap oleh orang dan dibuang karena sudah tidak berguna dan tidak bisa dipajang lagi. Tetapi di tangan seorang seniman Kintsugi, selalu ada keindahan yang tersembunyi di balik benda-benda rusak yang dikenal dengan nama semangat wabi sabi. Tugas mereka selanjutnya adalah membuatnya untuk kembali indah, bahkan lebih dari sebelumnya.
Kin dalam bahasa Jepang berarti emas dan Tsugi berarti menyambung. Menyambung dalam artian ini adalah menyambungkan kata atau generasi. Maka kintsugi bisa diartikan seni Jepang yang memperbaiki keramik rusak demi menghantarkannya kembali dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Perbedaannya adalah semua kerusakan tidak disembunyikan, malah ditekankan melalui pernis khusus yang dicampur dengan emas, perak, atau platinum.
Gempa bumi yang kerap terjadi di Jepang belakangan ini telah membuat banyak keluarga kehilangan warisan dari nenek moyangnya karena semua peralatan dan pajangan keramik mereka pecah dan rusak. Daripada dibuang percuma, Kunio Nakamura mendorong penduduk Kyushu untuk mengumpulkan semua dalam sebuah tas untuk diperbaiki. Alasannya nilai sentimental yang ada dalam benda-benda tersebut tidak akan pernah tergantikan.
Nakamura sendiri adalah pemilik dari toko buku dan galeri 6 jigen di Ogikubo, Tokyo. Saat gempa Tohoku melanda Jepang 5 tahun yang lalu, seniman kinstugi ini menolong orang banyak dalam memperbaiki keramiknya. Aksi inilah yang membuat minat masyarakat kepada seni tradisional ini bertambah dan berujung kepada selalu ludesnya tiket workshop kintsugi yang dia gelar. Oleh karena itu Nakamura telah membuat sebuah komitmen di mana dia akan mengunjungi Kumamoto dan Oita untuk mengadakan perbaikan keramik secara sukarela.
Menyentuh bukan bagaimana sebuah bentuk seni dapat membantu para korban bencana? Apa kalian tertarik untuk mempelajari kintsugi?