Stables adalah tempat di mana para pegulat sumo berlatih olah raga sumo dan menghabiskan kehidupan sehari-harinya di Jepang yaitu sebuah tempat di mana tradisi berkuasa dan hanya sedikit dunia modern yang dibiarkan masuk. Seorang fotografer bernama Paolo Patrizi mengatakan bahwa stables lebih seperti sebuah biara daripada sebuah tempat olah raga. Patrizi yang telah tinggal di Jepang selama sepuluh tahun terakhir memiliki ketertarikan dengan olah raga sumo sejak 7 tahun yang lalu, dan ia diberikan akses untuk masuk ke tiga stables yang berbeda selama sekitar sebulan. Hasil karya fotografinya menunjukkan pesumo di tempat kerja dan dalam keseharian mereka.
Patrizi mengatakan “Saya ingin mengabadikan sebanyak mungkin yang saya bisa dari bagaimana mereka hidup dalam kesehariannya. Mereka menghabiskan sebagian besar hidup mereka disana. Mereka tidak banyak bepergian dari tempat tersebut.” Para pegulat hidup, makan dan berlatih bersama di stables. Patrizi mengatakan bahwa latihan dimulai sekitar jam 06.00 dengan para junior. Pegulat menantang lawan dan pegulat tersebut tetap berada di dalam ring sampai seseorang mengalahkannya. Pada pukul 08.00 lebih banyak pegulat senior yang datang, dan pergulatan pun menjadi semakin menarik. “Beberapa pegulat tangguh memilih pegulat yang lebih muda, dan mereka menghabisi pegulat muda tersebut. Ada beberapa pemukulan serius terjadi. Ada banyak bullying terjadi, tapi orang-orang tetap tenang. Mereka tidak bisa mengeluh,” kata Patrizi.
Latihan sangat melelahkan. Ketika para pesumo pergi keluar paling banyak dilakukan pada hari minggu atau hari libur mereka. Kadang-kadang mereka mengisi waktu luangnya dengan menyewa video atau bermain video game. Meskipun mereka hidup di dunia modern, kehidupan para pegulat sumo umumnya masih dipandu oleh praktek-praktek yang telah berabad-abad lamanya, termasuk cara menata rambut mereka dalam chonmage (yang ditata setelah mandi dengan penata rambut yang khusus bekerja di stable).
Namun olah raga sumo telah berubah, dalam beberapa tahun terakhir olah raga tersebut dilanda skandal dan korupsi, termasuk penggunaan narkoba, perjudian, dan koneksi dengan kejahatan terorganisasi. Mungkin sebagai akibatnya, jumlah pria Jepang yang mendaftar sebagai pegulat sumo mencapai titik terendah sepanjang tahun 2012, dan orang yang menonton pertandingan sumo pun semakin berkurang. Sementara itu, pegulat asal Mongolia dan Hawaii telah mulai mengambil gelar juara dari mereka di Jepang, di mana olahraga sumo berasal.
Patrizi mengatakan: “Masalahnya adalah ketika mereka melakukan turnamen, para pegulat sumo papan atas memulai pertarungannya pada jam 4 sore, di mana tidak banyak orang yang dapat menyalakan TV mereka untuk menonton pertandingan tersebut selain pada akhir pekan yang merupakan hari pertandingan final. Saya tidak mendengar banyak orang muda yang berbicara tentang sumo.”