Kita mengetahui bahwa bekerja di Jepang terlihat menyesakkan, seperti robot, diplomatis, dan berhirarki, yang berarti atasan lebih berkuasa atas bawahan-bawahannya. Kita juga tahu bahwa orang Jepang terkenal sebagai pekerja keras, orang-orang yang mampu bekerja berjam-jam untuk mendapatkan pengakuan dari perusahaannya untuk mendapatkan gaji lebih. Tidak jarang juga orang-orang lebih mementingkan pekerjaannya daripada keluarga, kerabat, dan teman-temannya.
Hal-hal tersebut adalah hal-hal yang kita ketahui secara umum, akan tetapi apakah hel tersebut benar? Kita tidak mengetahui bagaimana budaya bekerja di Jepang, karena setiap topik pembicaraan yang negatif tentang pekerjaan adalah sebuah hal yang tabu. Akan tetapi, kita dapat membaca beberapa buku-buku yang menceritakan tentang bagaimana pengalaman bekerja di Jepang. Buku-buku ini menceritakan dari sudut pandang pekerja, mulai dari seorang karyawan kantoran, pekerja paruh waktu di minimarket, hingga seorang asing yang bekerja di Jepang. Berikut 5 buku yang dapat dibaca untuk lebih mengenal budaya kerja di Jepang.
1. Convenience Store Woman, Sayaka Murata
Buku ini menceritakan tentang seorang remaja bernama Keiko Furukura yang merasa “terlahir kembali” saat bekerja di sebuah konbini. Keiko mengagumi keseragaman antara rekan-rekan kerjanya yang bekerja di konbini, dan terobsesi dengan pekerjaannya. Bertahun-tahun kemudian, pada umur 36 tahun, Keiko masih bekerja di tempat yang sama di konbini tersebut. Meskipun begitu, dunia pekerjaannya yang sempurna mulai runtuh saat ia memutuskan untuk berusaha hidup “normal”.
Penulis buku ini, Sayaka Murata mendapatkan inspirasi dari pengalamannya bekerja di konbini selama hampir 18 tahun. Menurutnya, terkadang menjadi “aneh” sendiri lebih baik daripada berusaha untuk “menyesuaikan diri” untuk membuat orang lain di sekitarmu bahagia.
2. Blue-Eyed Salaryman, Niall Murtagh
Buku yang menceritakan pengalaman penulisnya, Niall Murtagh, yang berkeliling dunia sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal di Jepang dan bekerja sebagai karyawan di Mitsubishi. Ia dan rekan kerjanya bekerja dan melakukan apapun yang disuruh oleh atasannya, mengikuti sistem hirarki dalam pekerjaannya. Bertahun-tahun berlalu, dan Niall menyadari bahwa ia telah menjadi orang yang “hidup” di Mitsubishi. Istilah ini merupakan istilah yang umum digunakan terutama oleh perusahaan-perusahaan besar, dimana perusahaan mempekerjakan seseorang sejak ia lulus dari universitas hingga saatnya pensiun.
Buku ini memperlihatkan bagaimana budaya pekerjaan di perusahaan besar, dan perjuangan seorang warga asing untuk bekerja di Jepang.
3. The Stationmaster, Jiro Asada
The Stationmaster menceritakan tentang seorang laki-laki tua yang bekerja keras untuk menghentikan penutupan stasiun kereta di Hokkaido. Stasiun tersebut merupakan tempat dimana ia pernah mendedikasikan hidupnya dan bekerja dengan bangga.
Buku ini merupakan buku pertama dari kumpulan delapan cerita pendek dari Jiro Asada. Cerita-cerita ini mengisahkan hubungan antara masa lalu dan masa depan, dan karakter-karakternya terasa sangat hidup dan mengambarkan “semangat samurai” yang bekerja keras dengan jelas.
4. Naoki Hanzawa, Jun Ikeido
Buku ini menceritakan seorang bernama Naoki Hanzawa, seorang karyawan yang bekerja keras untuk mencapai kesuksesan. Dalam pekerjaannya, ia terlibat dalam sebuah skandal besar dan memutuskan untuk melawan atasannya yang korup, sebuah gerakan yang dianggap sangat berani. Setelah kejadian tersebut, Naoki pun akhirnya berjuang untuk mempertahankan kehidupannya.
Buku ini ditulis oleh Jun Ikeido, yang dikenal sebagai “raja cerita fiksi dunia kerja” di Jepang. Buku ini kemudian diadaptasi menjadi sebuah seri dorama berjudul sama.
5. Made in Japan and Other Japanese Business Novels, Tamae Prindle
Buku ini merupakan kumpulan dari 7 cerita pendek yang berasal dari buku novel ekonomi lama, yang mendapatkan pujian pada tahun 50 dan 80-an saat genre ini pertama kali muncul. Cerita-cerita dalam buku ini menceritakan tentang budaya-budaya pekerjaan di Jepang, dan menceritakan tentang karyawan bank, salespeople, buruh pabrik, dan bahkan businessman.
Tamae Prindle, mengumpulkan berbagai macam cerita dan menerjemahkannya, kemudian dikumpulkan menjadi satu buku agar pembacanya dapat mengenal tentang etika dan budaya kerja di Jepang pada zaman tersebut.