Berita Jepang | Japanesestation.com
Ada yang pernah dengar nama Tamamo no Mae? Biasanya penggemar game atau anime yang mengangkat mitologi Jepang, nama yokai kitsune ini sering kali muncul. Tapi kalian sudah kenalkah dengan siapa sebenarnya wanita rubah yang satu ini? Tamamo no Mae Tamamo no Mae adalah salah satu yokai kitsune paling terkenal dalam mitologi Jepang yang diadaptasi menjadi arakter game, salah satunya Fate/Grand Order dan Onmyōji. Tamamo no Mae dikisahkan hidup selama periode Heian.  Tamamo no Mae dianggap sebagai salah satu dari Nihon San Dai Aku Yōkai — Tiga Yōkai Mengerikan di Jepang. Tamamo no Mae dalam game Onmyōji Tamamo no Mae lahir sekitar 3.500 tahun lalu di tempat yang sekarang dikenal sebagai Cina. Dia tumbuh menjadi seorang penyihir kuat. Setelah ratusan tahun dia menjadi kyūbi no kitsune berwajah putih dan berbulu emas—rubah berekor sembilan yang memiliki kekuatan magis tertinggi. Tamamo no Mae dikenal dengan berbagai nama. Di zaman Dinasti Shang dirinya dikenal sebagai Daji yang merupakan simbol dari kebobrokan manusia dan mendorong jatuhnya Dinasti Shang. Di Magadha, dia dikenal sebagai Lady Kayō, dan menjadi permaisuri Raja Kalmashapada, yang dikenal di Jepang sebagai Hanzoku. Sosok Lady Kayō yang juga yokai kitsune dalam karya Hokusai Tamamo no Mae dikenal sebagai yokai kitsune yang lihai, cerdas, cantik dan berbakat. Menurut legenda, dia muncul pada zaman Heian sebagai  bayi yang ditemukan pasangan suami istri di tengah jalan. Mereka menamakannya Mikuzume. Karena kecerdasannya, pada usia 7 tahun ia membacakan puisi di hadapan kaisar. Kaisar segera menyukainya dan mempekerjakannya sebagai pelayan istana. Tamamo no Mae, sang yokai kitsune Pada tahun ke-18, kaisar mengadakan resital puisi dan instrumen untuk Mizukame. Tiba-tiba, badai besar menyebabkan semua lilin mati. Dalam gelap, terpancarlah cahaya dari tubuh Mizukame. Semua orang  beranggapan bahwa perempuan itu pastinya orang suci. Disinilah dia mendapat nama Tamamo no Mae. Kaisar Toba yang sangat menyayanginya, menjadikannya sebagai permaisuri. Tak lama kaisar justru jatuh sakit. Tak jelas penyebabnya, onmyōji Abe no Yasunari pun dipanggil ke istana. Dia menemukan bahwa Tamamo no Mae adalah kitsune yang menyamar, dan memperpendek masa hidup kaisar untuk merebut tahta. Abe no Yasunari mengujinya dengan menyiapkan mantra paling rahasia dan kuat. Tamamo no Mae diperintahkan ikut berperan dalam ritual. Ketika Tamamo no Mae bersiap menggangkat tongkat upacara, dia menghilang. Tak lama, muncul kabar bahwa perempuan dan anak-anak menghilang di dekat Nasuno di Provinsi Shimotsuke. Penyihir istana mempercayai Tamamo no Mae adalah penyebabnya. Prajurit terbaik dikirim untuk menemukan Tamamo no Mae. Setelah mencapai Nasuno, pengejaran berakhir berhari-hari, tapi kekuatan sihir Tamamo no Mae terus mengecoh mereka. Namun, akhirnya Tamamo no Mae berhasil ditangkap dan dibunuh. Sessho-seki di Nasu, Tochigi Seolah dikutuk, setahun kemudian, Kaisar Konoe meninggal, tanpa pewaris. Tahun berikutnya, kekasihnya dan mantan Kaisar Toba meninggal. Krisis suksesi ini memicu Perang Genpei di akhir periode Heian. Roh Tamamo no Mae sendiri menghantui batu besar yang membunuh setiap makhluk hidup yang menyentuhnya. Legenda Tamamo-no-Mae dijadikan inspirasi cerita noh Sessho-seki (Batu Pembunuh) dan kabuki berjudul Tamamo-no-Mae.