Selain onsen, ada satu lagi nih tempat pemandian umum asal Jepang, sento! Berbeda dengan onsen yang sumber air panasnya berasal mata air panas atau hot spring alami, sento dibuat oleh manusia. Sensasinya gak kalah menarik dan nyaman lho! Nah, teman-teman tahu ga nih kalau sebenarnya sudah ada sejak dulu? Nah, inilah sejarah sento!
Awalnya
Banyak orang Jepang yang merasa bahwa mandi bukan hanya membersihkan badan, namun juga membersihkan pikiran. Nah, ide untuk mandi di Jepang mulai menyebar saat para bangsawan mulai membangun kamar mandi pribadi di rumah mereka pada era Kamakura (1185-1333). Di saat yang sama, penemuan “mushiburo” atau “mandi uap” di gua dan mandi bersama mulai populer hingga puncaknya ada pada zaman Edo. Di zaman Edo inilah sento pertama dibangun, tepatnya pada tahun 1591, satu tahun setelah Tokugawa Ieyasu memasuki Edo (Tokyo lama).
Kepopuleran Sento di zaman Edo (1603-1868) terus meningkat, membuat orang-orang (bahkan yang miskin sekalipun) menyisihkan uang untuk pergi ke Sento setidaknya satu kali dalam sehari. Kebersihan Jepang pun menjadi kebanggaan tersendiri, apalagi banyak pengunjung asing yang memasuki Edo memujinya. Meskipun begitu, ada juga yang mengritik sento yang umumnya tak memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Banyak banbget sento yang memsahkan antara ruang ganti pria dan wanita hanya dengan tulisan pemisah kecil saja. Meski Keshogunan Tokugawa mencoba untuk mengatur keberadaan pemandian campuran, rupanya tetap banyak yang menganggap bahwa pemerintah Edo Bakufu tak bermoral.
Tuduhan tersebut dilayangkan akibat adanya layanan “gadis pemandian” atau “yuna.” Layanan “yuna” awalnya hanya menolong menggosok punggung dan mengisi air, layaknya seorang pelayan dalam sento. Namun, saat sento akan tutup di sore hari, ebberapa pelanggan yang emmbayar ekstra dapat dihibur oleh para yuna. Mereka akan mengenakan pakaian yang lebih mewah, memainkan shamisen, dan akhirnya "pergi” ke lantai dua bersama para pelanggan. Awalnya, Edo Bakufu mencoba untuk membatasi jumlah yuna per onsen, namun, mereka gagal dan akhirnya melarang penggunaan yuna pada 1657 dan banyak di antaranya yang akhirnya pindah ke area red light district Yoshiwara. Namun, sento-sento di area Yamanote memanfaatkan lantai dua sento mereka untuk menjadi tempat minum teh, bermain shogi dan bersosialisasi, meski akhirnya sento dua lantai menghilang di era Meiji.
Dari Edo Sento ke Tokyo Sento
Sento zaman Edo sangat berbeda dengan sento masa kini akibat perubahan yang terjadi pada dan setelah era Meiji (1868-1912). Sento pada zaman Edo lebih kecil, gelap, dan lebih beruap, meski peraturan dan langkah-langkah terkait membersihkan diri serta berinteraksinya masih sama hingga kini. Orang-orang yang bekerja pada sento seperti bandai (resepsionis) serta sansuke dan yuna (pelayan pria dan wanita di sento) memang menghilang, namun pilihan dan kepraktisan sento meningkat. Saat adanya transisi dari zaman Edo ke Meiji, sento juga kehilangan common space di lantai dua mereka dan sento dengan gender terpisah pun mulai bermunculan, seperti sento masa kini.
Sento Modern
Jika dibandingkan, Tokyo Sento lebih besar dan luas, memiliki dinding dan langit-langit yang lebih tinggi serta memiliki open space. Patisi antara pemandian wanita dan pria lebih tinggi dan jendela pun terpasang untuk mengeluarkan uap. Tipe pemandian pun lebih beragam dengan tawaran berbagai jenis pemandian, seperti pemandian air panas, sauna, bubble bath, electricity baths, jacuzzi jets, silky water bath, dan lain-lain. Makin besar sento, makin besar pula pilihannya, Bahkan, beberapa sento memiliki sebuah “rotenburo,” sebuah open air bath di tamannya, seperti layaknya sebuah onsen.
Dan tentu saja dengan adanya perkembangan teknologi, sento di era Taisho menjadi lebih mudah dibersihkan, dengan sistem baru yang dapat mengisi dan menghangatkan air dengan mudah. Shower pun mulai terpasang di sento dan kamar mandi pribadi penduduk Jepang mulai era Showa. Jumlah sento di Tokyo pun berkurang, yang semula berjumlah lebih dari 2000 sento, kini hanya ada 600 hingga 700 sento saja. Sento-sento yang bertahan ini adalah mereka yang dapat menawarkan sesuatu yang melebihi membersihkan diri, yaitu relaksasi dan rasa kebersamaan.
Nah, itulah sejarah dari sento alias pemandian umum Jepang!
Sumber: