Berita Jepang | Japanesestation.com
Bekerja di Jepang Mendapat Izin yang Satu Ini Masih Sulit
Enik, perawat asal Indonesia yang bekerja di Jepang
Tinggal di negara dengan budaya dan kebiasaan yang jauh berbeda tentu butuh penyesuaian yang tidak mudah, apalagi jika sudah menyinggung urusan agama. Di Jepang misalnya. Negeri matahari terbit ini memperbolehkan warganya menganut/meyakini lebih dari satu agama atau tidak memiliki agama sekalipun. Lalu bagaimana jadinya bila warga muslim yang tinggal dan harus bekerja di Jepang? Begitulah kira-kira yang dialami Enik, perawat Indonesia yang bekerja sebagai perawat lansia di salah satu rumah sakit swasta di Osaka, Jepang. Sebagai seorang muslim yang tinggal dinegara yang mayoritas penduduknya non muslim tentu tidak mudah. Tidak hanya soal makanan/produk halal, tapi juga ke persoalan mendasar yang merupakan kewajiban bagi umat Islam, yakni shalat lima waktu. Enik menceritakan bahwa tantangan terberat menjadi seorang muslim yang bekerja di Jepang adalah sulitnya mendapat izin melaksanakan shalat disela-sela jam kerja. "Mengenai makanan tidak masalah karena di Jepang sudah mulai banyak makanan atau produk halal yang dijual," kata dia. Sulitnya mendapat izin shalat saat jam kerja di Jepang, kata Enik, karena disiplin kerja di negeri matahari terbit itu menjadi hal yang dijunjung tinggi. Namun begitu, kata dia, tidak ada salahnya seorang muslim meminta izin melaksanakan shalat di tempat kerja masing-masing. Karena tentunya tiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda. "Yang terpenting juga, berani meyakinkan atasan kerja tentang dan bagaimana islam serta waktu shalatnya agar dipermudah dan mendapat toleransi," kata dia. Ia menambahkan, dulunya pernah bekerja di rumah sakit lansia yang berbeda. Tapi karena ada larangan menggunakan jilbab, ia memutuskan untuk pindah tempat kerja yang sekarang yang memperbolehkannya mengenakan hijab.