Berita Jepang | Japanesestation.com

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Teikoku Databank, lebih dari setengah perusahaan di sektor swasta mengaku mengalami krisis tenaga kerja purnawaktu terburuk sejak pandemi Covid-19. Dari 11.000 perusahaan yang mengikuti survei, 53,4% mengatakan lebih banyak membutuhkan tenaga kerja purnawaktu. Ini merupakan angka tertinggi sejak April 2020.

Tidak hanya itu, survei ini juga menemukan bahwa 30,6% perusahaan kekurangan tenaga kerja paruh waktu, bahkan perusahaan kepegawaian merasakan dampak yang lebih parah dibandingkan dengan restoran.

Sekitar 68,1% perusahaan yang dilanda kekurangan tenaga kerja berencana untuk menaikkan upah karyawan pada tahun fiskal 2025 mulai bulan April mendatang. Menurut lembaga penelitian, keputusan ini kemungkinan dibuat untuk mengamankan dan mempertahankan pekerja yang diperlukan.

Para pengamat ekonomi juga mengingatkan bahwa perusahaan kecil dan menengah tengah berusaha mengimbangi perusahaan besar yang memiliki sumber daya keuangan untuk terus menaikkan gaji karyawan. “Kita harus waspada terhadap risiko banyaknya perusahaan yang bangrkut akibat kurang tenaga kerja,” ujar salah satu pihak dari Teikoku Databank. Jumlah kebangkrutan perusahaan mencapai angka tertinggi di tahun 2024 lalu.