Sejak kemunculannya, para karakter jelmaan pedang terkenal di Touken Ranbu telah berhasil mencuri perhatian banyak orang. Begitu terkenalnya, sampai-sampai game ini telah menginspirasi 2 buah anime, banyak fanfiction, fanart, drama teater, dan bahkan berkontribusi menciptakan istilah baru: Toujoshi, yang berarti gadis yang menjadi penggemar berat seri Touken Ranbu.
Tentu saja, menariknya Touken Ranbu bukan hanya terletak pada penampilan para karakternya saja, namun juga fakta bahwa para karakter dalam seri ini, terinspirasi dari pedang-pedang bersejarah terkenal di Jepang, yang bahkan beberapa di antaranya masih bisa dilihat hingga saat ini. Bagaimana sih kisah pedang yang menjadi inspirasi pembuatan karakter di Touken Ranbu? Yuk simak di bawah ini!
Yamanbagiri Kunihiro
Sekitar tahun 1950, Kunihiro, seorang pandai besi dari aliran Horikawa membuat pedang ini untuk Akinaga Nagao, ajudan Klan Hojo cabang Odawara. Setelah kematiannya, mantan ajudan keluarga Hojo yang bernama Ishihara Jinzaemon menerima sebuah duplikat pedang tersebut. Menurut legenda, ia menggunakan pedang ini untuk membunuh Yamanba, siluman dalam folklore Jepang. Setelahnya, pedang tersebut dinamai Yamanbagiri Kunihiro, dan pedang ini diwariskan turun-temurun di keluarga Ishihara. Saat ini pedang tersebut disimpan sebagai bagian dari sebuah koleksi pribadi di Tokyo.
Mikazuki Munechika
Pedang ini dianggap sebagai harta negara Jepang, dan merupakan satu dari 5 pedang Jepang yang terkenal dari zaman Muromachi. Pedang ini dibuat oleh seorang perajin terkenal, Sajo Munechika pada pertengahan zaman Heian. Nama pedang ini berasal dari pola berbentuk bulan sabit yang muncul pada bilah pedang ini, dan membuat pedang ini sering dianggap yang terindah di antara 5 pedang Jepang paling terkenal. Pedang ini awalnya dimiliki oleh istri Toyotomi Hideyoshi, Kodai-in, dan diwariskan secara turun temurun di keluarga Tokugawa. Pedang ini kini dimiliki oleh Museum Nasional Tokyo.
Heshikiri Hasebe
Pedang yang ditempa pada tahun 1312 ini adalah karya paling terkenal Hasebe Kunishige, dan pernah menjadi pedang yang dimiliki oleh Oda Nobunaga. Pedang ini mendapatkan namanya dari sebuah kejadian antara Nobunaga dengan pembawa cangkirnya pada upacara minum teh, Kannai. Setelah Kannai menghinanya, Nobunaga mengejar Kannai untuk membunuhnya, namun Kannai bersembunyi di dalam sebuah lemari. Nobunaga berhasil menebas menembus lemari tersebut tanpa menggunakan kekuatan lengannya, melainkan hanya dengan berat pedang itu saja. 'Heshi' yang berarti 'berat', dan 'kiri' yang berarti 'memotong', kemudian dijadikan nama pedang ini. Pedang ini berpindah tangan dari Nobunaga kepada Kuroda Yoshitaka, sebagai bentuk kompensasi Nobunaga atas perintahnya untuk mengeksekusi putra Yoshitaka, sebagai hukuman atas tuduhan memberontak, sebuah tuduhan yang di kemudian hari ternyata terbukti tidak berdasar.
Mutsunokami Yoshiyuki
Pedang ini dibuat oleh seorang pengrajin bernama Mutsunokami Yoshiyuki pada tahun 1688, dan merupakan pedang kesayangan samurai terkenal Ryoma Sakamoto. Meurut legenda, Sakamoto menerima pedang ini dari kakak perempuannya saat ia meninggalkan keluarganya, namun banyak sejarawan yang mendukung teori bahwa ia medapat pedang tersebut didapatnya dari kakak laki-lakinya.
85 tahun setelah pedang tersebut disumbangkan ke Museum Nasional Kyoto, yaitu pada tahun 2016, terbukti bahwa Sakamoto membawa pedang ini pada saat pembunuhannya di usia 31 tahun. Identitas sebenarnya pedang ini akhirnya terkuak setelah Museum Nasional Kyoto melakukan analisa terhadap pedang ini dan dokumentasi sejarah pedang ini yang dimiliki oleh keluarga Sakamoto.
Nikkari Aoe
Pedang ini ditempa oleh Aoe Sadatsugu pada tahun 1207. Pedang ini dikenal telah diperpendek dari panjang aslinya, 75 cm menjadi 60 cm. Pada pedang ini tertera tulisan "Hashiba Gorozaemon no Jo Nagai", yang diduga oleh banyak sejarawan merujuk pada Nagashide Niwa, putra jenderal pasukan Oda, Nagahide Niwa.
Menurut legenda, nama pedang ini berasal dari seorang tuan bernama Shuridayu Nakajima, yang pada suatu hari memasuki hutan tempat munculnya setan. Di dalamnya, ia bertemu seorang wanita dan anak-anak yang tersenyum mengerikan. Ia menebas keduanya, yang langsung menghilang. Saat kembali ke tempat itu keesokan harinya, ia menemukan dua buah lentera batu. Meyakini bahwa lentera tersebut adalah setan yang ia hadapi malam sebelumnya, ia menamai pedang itu "Nikkari", yang berarti "penebas senyuman". Pedang tersebut saat ini disimpan di Museum Arsip Marugame, di Kagawa.
Kogitsunemaru
Sejarah Kogitsunemaru lebih banyak berada di ranah legenda dibandingkan fakta. Sebagian besar hal yang diketahui mengenai pedang ini, didapatkan dari drama Noh berjudul Kokaji. Menurut drama ini, pada akhir tahun 990, Kaisar Ichijo mendapat wangsit agar ia memesan pembuatan sebuah pedang. Ia memerintahkan pembuatan pedang tersebut kepada Sanjo Munechika. Munechika yang menerima tugas tersebut lalu berdoa di kuil Fushimi-inari. Setelahnya, seorang anak kecil mendekati munechika dan meminta untuk menjadi asisten dalam pembuatan pedang tersebut. Saat Munechika memulai penempaan pedang tersebut, anak kecil tersebut berubah menjadi seekor rubah, yang menurut Munechika adalah jelmaan Dewa Inari-Myojin, yang membuat pedang tersebut dapat diselesaikan sebagai sebuah pedang yang tiada duanya. Sebagai rasa terimakasih, pada pedang itu Munechika mengukirkan namanya, Kokaji-Munechika, dan nama 'Kogitsune', yang berarti 'rubah kecil' di bagian belakangnya. Setelah itu, si anak kecil itu pun menghilang, dan pedang tersebut dikenal sebagai Kogitsunemaru. Sayangnya, saat ini keberadaan pedang tersebut tidak diketahui rimbanya.
(Featured image: Tokyo Girls Update)