Pada tahun 2012, sempat muncul larangan di mana anak-anak SD dan SMP di Jepang tidak diperbolehkan membaca sebuah komik berjudul Hadashi no Gen atau Barefoot Gen. Apa yang menyebabkan larangan ini muncul? Memangnya, apa salah komik Barefoot Gen hingga menimbulkan kontroversi? Mari kita telusuri.
Hadashi no Gen atau Barefoot Gen adalah sebuah manga bertema perang karangan mangaka Keiji Nakazawa. Manga ini dibuatnya berdasarkan pengalaman sang mangaka saat jatuhnya bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 silam dan menceritakan tentang sulitnya kehidupan seorang anak laki-laki yang ayah dan saudaranya terbunuh.
Manga yang terbit pada tahun 1973 ini cukup terkenal di zamannya. Buktinya, manga ini berhasil diterjemahkan ke dalam 20 bahasa dan mendapat adaptasi film dan live action. Meskipun begitu, tetap saja manga yang sempat diterbitkan di Weekly Shonen Jump ini menuai kontroversi.
Lantas, apa yang menuai kontroversi hingga Pemerintah Jepang melarang manga Barefoot Gen dibaca oleh anak SD dan SMP di Jepang? Ternyata, manga ini berisi kritik keras terhadap Kaisar Hirohito saat Perang Dunia II terjadi. Selain itu, manga 10 volume ini juga menggambarkan kekejaman tentara Jepang di negara Asia lain, seperti Pembantaian Nanjing yang kini masih tidak diakui oleh Jepang.
“Manga itu merupkan satu-satunya manga di perpustakaan sekolah dan membacanya dapat menimbulkan efek tertentu, terutama bagi mereka yang mengalaminya sendiri,” ujar Koichi Nakano, seorang professor ilmu politik di Sophia University.
‘Namun tren untuk mengglorifikasi sesuatu lebih menakutkan dari perang itu sendiri,” tambahnya.
Perdebatan pun terus berlanjut hingga media lokal melaporkan bahwa pengawas dewan sekolah di Kota Matsue telah menginstruksikan pada SD dan SMP untuk menarik manga itu dari perpustakaan mereka.
Menurut media lokal Jepang saat itu, para siswa wajib mendapat izin tertentu jika ingin membaca manga itu karena adanya adegan kekerasan. Namun, media berpendapat berlawanan.
“Keputusan pengawas dewan sekolah dapat membuat anak-anak kehilangan kesempatan bagus untuk belajar tentang tragedy itu,” ujar tim editorial di Koran Asahi.
“Sebenarnya sangat tidak perlu membatasi anak-anak dari bacaan ini,” tambah mereka.
Memang, isi manga di Jepang sangat bervariasi, mulai dari imut dan manis hingga kekerasana atau pornografi. Namun, mayoritas manga dibuat untuk tujuan hiburan, bukan edukasi.
Selain kontroversi di atas, manga kllasik ini juga mendapat kritik keras dari orang-orang yang menganut paham ultra-konservatif. Kaum konservatif ini berpendapat bahwa sistem pendidikan Jepang pasca-perang telah mengajarkan kisah "masokis" tentang sejarah yang terlalu menekankan pada kesalahan negara selama perang.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Hakubun Shimomura mengatakan bahwa ia tidak keberatan terhadap keputusan pembatasan bacaan tersebut.
“Aku pikir itu tidak melanggar kebebasan untuk berekspresi,” ujarnya.
Lain lagi dengan pendapat Noriyuki Masuda, seorang pejabat di Hiroshima Peace Memorial Museum, yang saat itu tengah menggelar pameran manga Barefoot Gen. Ia memang enggan memberikan komentar terkait apakah benar manga tersebut harus ditarik dari perpustakan sekolah atau tidak, namun ia berharap agar para orang tua membawa anak mereka ke pameran itu.
“Pengeboman atom sangat tidak manusiawi dan aku rasa manga tersebut dapat mendeskripsikan tragedy tersebut dengan baik. Itu fakta kan? Aku rasa manga ini sangat berguna untuk memahami hal itu” ujar Masuda pada Reuters.
Itulah sekilas tentang kontroversi manga Barefoot Gen. Nah, menurutmu bagaimana? Apakah manga ini pantas ditarik dari sekolah-sekolah? Ataukah malah wajib dibaca seperti kata Masuda? Berikan pendapatmu di komentar ya!
Sumber: