Keiko Ikeda, anggota dewan kota untuk Kota Tama, salah satu distrik barat Tokyo, dikejutkan oleh survei baru-baru ini yang menunjukkan bahwa 20 persen responden kesulitan dengan biaya produk kebersihan wanita selama kemerosotan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.
Bersama delapan anggota dewan perempuan lainnya, pekan lalu Ikeda mengajukan permintaan kepada Wali Kota Tama, Hiroyuki Abe, meminta tindakan pemerintah Tokyo untuk membantu meringankan beban ekonomi bagi para wanita. Salah satunya adalah meminta sekolah-sekolah untuk mendistribusikan produk kebersihan wanita secara gratis kepada siswi-siswinya, dan itulah yang mulai dilakukan keesokan harinya.
Pada 17 Maret, 26 SD dan SMP negeri di Tama mulai menempatkan pembalut gratis di toilet perempuan, atau membagikannya atas permintaan dari kantor perawat. “Produk kebersihan wanita adalah kebutuhan,” tegas Ikeda, “tetapi ada anak-anak yang tidak dapat meminta orang tua mereka membelikannya, dan mereka membutuhkan dukungan kita.”
Selain masalah finansial, pengurus Pendidikan Tama berharap setiap anak bisa mendapatkan pembalut secara anonim, atau setidaknya langsung dari perawat, ini akan terasa lebih nyaman bagi anak-anak yang merasa risih membicarakan status menstruasinya dan tidak dapat membeli produk yang mereka butuhkan sendiri.
Sebanyak 1.664 pembalut yang bersumber dari persediaan bantuan bencana kota sedang didistribusikan ke sekolah-sekolah. Sementara distribusi gratis produk kebersihan wanita juga berlangsung di kantor bangsal Toshima dan Adachi di Tokyo bulan ini, program Tama adalah yang pertama di Jepang yang dilaksanakan di lembaga pendidikan anak-anak.
“Ini adalah langkah pertama dan paling cepat yang bisa kami ambil,” kata Hiroyuki Abe, menyiratkan bahwa langkah-langkah lain juga sedang dipertimbangkan dan mungkin akan dilakukan dalam waktu dekat.