Setelah sepakat untuk memperbaiki situasi Myanmar, pada Selasa (30/3), Jepang dan Indonesia menandatangani pakta yang mengizinkan berlangsungnya transfer perlengkapan pertahanan dan teknologi Jepang ke Jakarta dalam rangka mempererat hubungan militer mereka untuk menghadapi aktivitas Cina yang semakin gencar saja.
Perjanjian tersebut hadir dalam perbincangan terkait keamanan “two plus two” antara menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara tersebut uang mana memiliki kekhawatiran yang sama terkait berkembangnya pengaruh Cina dan klaim Cina atas laut Cina Timur dan Selatan.
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dan Menteri Pertahanan Nobuo Kishi beserta mitranya di Indonesia, Retno Marsudi dan Prabowo Subianto juga menyetujui untuk berpartisipasi secara aktif dalam latihan militer mulitinasional dan bergabung untuk mengembangkan pulau-pulau di Laut Cina Selatan.
Para menteri di atas mengatakan bahwa mereka memiliki kekhawatiran yang sama terhadap kelanjutan dan upaya mengubah status quo secara paksa serta menytujui pentingnya meninjau aturan berbasis perintah maritim dan hukum maritim internasional.
“Bersama, kami akan memelihara dan memperkuat tatanan maritim yang bebas dan terbuka,” ujar Kishi dalam sebuah konferensi pers. Ia juga mengatakan bahwa Jepang dan Indonesia akan mempercepat keputusan terkait rincian ekspor perlengkapan pertahanan ke Indonesia.
Perbincangan terkait keamanan tersebut dilaksanakan dua minggu setelah Jepang dan sekutu utamanya, Amerika Serikat, menggelar sebuah perbincangan terkait agresi Cina di Asia.
Dan seperti sudah diketahui sebelumnya, para menteri Jepang dan Indonesia juga memiliki kekhawatiran yang sama terhadap pembantaian demonstran pro-demokrasi oleh militer Myanmar dan sepakat untuk berusaha meningkatkan situasi di negara tersebut.