Tidak hanya status Jepang yang naik menjadi darurat pandemi COVID-19, tingkat kriminalitas Jepang pun diperkirakan akan naik karena banyak penjahat yang memanfaatkan pandemi. Begitulah kira-kira yang dikatakan oleh para polisi di Jepang. Kasus seperti pencuri menerobos masuk ke dalam rumah di mana hanya ada anak kecil di dalamnya dan pencuri yang merayu anak-anak dengan iming-iming obat corona virus bahkan sudah terjadi di beberapa tempat.
Dilansir dari Japan Times pada Senin (20/4), dilaporkan bahwa di Prefektur Aichi seorang pria menerobos masuk ke dalam rumah di mana hanya ada seorang anak perempuan berusia 10 tahun pada akhir Maret lalu. Di hari yang sama, dua orang pria merampok rumah lain di prefektur tersebut di mana seorang anak laki-laki berusia 11 tahun ditinggal sendirian dalam rumah tersebut. Para pencuri ini menyuruh anak malang itu untuk menundukkan kepalanya sementara mereka beraksi mengambil berbegai barang seperti uang tunai dan sebuah kartu ATM.
Kasus serupa pun ditemukan di Tokyo, di mana anak-anak menjadi sasaran empuk para penjahat yang memanfaatkan pandemi COVID-19 ini.
Menurut Departemen Kepolisian Metropolitan, seorang pria dilaporkan mendekati seorang siswi SD di Kokubunji di barat Tokyo pada 25 Maret. Ia meraba gadis cilik itu, mengatakan ia sedang memeriksa gadis itu agar terhindar dari corona virus.
Dua hari kemudian, seorang pria mengatakan pada seorang gadis cilik yang bermain di sebuah taman di Taito Ward bahwa ia memiliki “permen rasa yogurt yang dapat menyembuhkan coronavirus”. Namun, pria ini kabur setelah ibu anak itu menghampiri putrinya.
Penyebaran COVID-19 di Jepang memang memaksa sekolah-sekolah untuk ditutup sementara mulai awal Maret lalu. Sejak itulah, sebuah grup nonprofit di Tokyo, Nihon Kodomo no Anzen Kyoiku Sogo Kenkyujo (pusat penelitian untuk menjaga keamanan dan pendidikan anak-anak di Jepang) kerap mendapat panggilan telepon dari para orang tua yang khawatir tentang keamanan anaknya yang harus tinggal di rumah sendirian.
Kepala Nihon Kodomo no Anzen Kyoiku Sogo Kenkyujo, Mieko Miyata, mengatakan bahwa penutupan sekolah sangat mendadak.
“Banyak orang tua yang terpaksa meninggalkan anaknya di rumah untuk berkerja karena taka da pesiapan apapun. Anak-anak itu juga belum biasa berhadapan dengan orang asing ketika mereka harus diam di rumah sendirian,” ujar Miyata.
Kini, dengan banyaknya anak-anak yang terpaksa diam di rumah, Miyata mengatakan kalau tak aneh jika penipuan melalui telepon akan terjadi. Target utamanya adalah anak-anak dan lansia.
“Mereka mungkin akan mencoba mengorek informasi dari anak-anak terkait infirmasi tentang kapan orang tua mereka pulang dan pergi ke kantor, jadi mereka bisa memanfaatkan situasi tersebut untuk membobol rumah,” kata dia.
Menurut Miyata, cara terbaik untuk menangani hal tersebut adalah dengan tidak mempedulikannya sama sekali. Para orang tua diminta untuk mengatakan pada anak-anak agar tidak membuka pintu dan telepon sama sekali.
Dan ternyata, bukan hanya anak-anak saja yang menjadi korban naiknya tingkat kriminalitas di Jepang ini.
The National Consumer Affairs Center Jepang mengatakan para penipu di seluruh Jepang juga memanfaatkan kurangnya jumlah masker untuk membuat link phishing dan iklan palsu yang dapat mengorek data pribadi para konsumen yang membutuhkan masker.
Mereka mengatakan kalau kini banyak link di social media yang mengarahkan ke sebuah situs belanja online di mana para konsumen “dirayu” untuk mendapatkan 100 masker dengan harga 4000 yen. Celakanya, situs ini meminta para konsumen untuk memasukan nomor kredit card mereka setelah membayar.
Contoh lain, ada para penipu yang berpura-pura menjadi seorang penjabat pemerintah dan mencoba untuk mengorek informasi akun bank dan kartu identifikasi mereka. Beberapa penipu ini mengatakan kalau mereka harus mengetahui informasi pribadi ini karena dibutuhkan untuk penerimaan bantuan uang tunai atau untuk test COVID-19 gratis.
“Jika Anda menerima panggilan telepon atau email yang mengatakan mereka membutuhkan info pribadi untuk pemberian subsidi, kemungkinan besar itu adalah penipuan. Tutup telepon dan abaikan email tersebut,” pungkasnya.