Seorang bidan seharusnya bekerja menyelamtkan nyawa bayi dan ibunya. Namun, berbeda dengan Miyuki Ishikawa, bidan Jepang ini malah melakukan hal yang sangat bertolak belakang dengan pekerjaannya: membunuh bayi. Dan yang lebih mengerikan lagi, korbannya pun tak tanggung-tanggung, 103-169 bayi! Benar-benar seperti iblis ya? Nah, apakah yang membuat oni-sanba (bidan iblis) asal Jepang ini membunuh bayi-bayi tak berdosa itu? Mari kita telusuri.
Wanita kelahiran tahun 1897 ini sebenarnya bisa dibilang cukup pintar dan sukses. Ia merupakan lulusan Universitas Tokyo (ToDai) dan menjabat sebagai seorang direktur rumah sakit sekaligus bidan berpengalaman di Rumah Sakit Bersalin Kotobuki (寿産院, Kotobuki San-in). Ia juga telah menikah dengan seorang pria bernama Takeshi Ishikawa meski tak memiliki anak darinya.
Melihat kesuksesannya, tentu tidak akan ada yang menyangka kan kalau wanita ini bisa menjelma menjadi seorang bidan iblis? Memang, apa penyebabnya?
Nah, cerita dimulai pada tahun 1940-an. Saat itu, rumah sakit tempat Ishikawa bekerja dibanjiri banyak bayi. Masalah dimulai ketika Ishikawa mengetahui bahwa sebagian besar orang tua bayi-bayi itu miskin dan tidak memiliki biaya untuk menghidupi anak mereka. Sementara itu, Ishikawa sendiri kebingungan dan tak mampu merawat semua bayi itu karena kurangnya layanan sosial dan amal untuk rumah sakitnya.
Bingung dan stress, Ishikawa pun akhirnya memutuskan menyelesaikan masalah ini dengan mengabaikan bayi-bayi tersebut. Alhasil, banyak bayi meninggal karena perlakuan tersebut. Tidak ada angka pasti berapa jumlah korban Ishikawa, namun diperkirakan ia telah membunuh sekitar 103 bayi. Kekejaman Ishikawa membuat para bidan lain yang bekerja di rumah sakit tersebut merasa jijik dan memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Tak lama setelah pembunuhan yang dilakukannya, ia dan suaminya berusaha memeperoleh uang atas pembunuhan tersebut dengan menghampiri orang tua para bayi dan meminta uang dalam jumlah besar, mengklaim bahwa jumlah uang yang diminta tak lebih banyak dari dana yang dipakai untuk mengurus anak yang tidak diinginkan. Dalam menjalankan aksi pemerasannya ini, mereka tak sendirian. Seorang dokter, Shiro Nakayama , juga terlibat dalam hal ini dan melindungi pasangan kejam ini dengan mengeluarkan sertifikat kematian palsu.
Penangkapan Sang Iblis
Dua petugas polisi dari Kepolisian Waseda tanpa sengaja menemukan lima korban terakhir Ishikawa pada 12 Januari 1948. Setelah dilakukan otopsi, ditemukan bahwa kelima bayi tersebut tewas secara tidak wajar. Miyuki dan Takeshi Ishikawa pun ditahan pada 15 Januari 1948.
Saat diadili, Ishikawa berdalih bahwa korban adalah anak terlantar dan menyalahkan orang tua bayi atas tewasnya bayi-bayo tersebut. Masyarakat pun setuju akan hal ini, meski seorang aktivis, Yuriko Miyamoto mengritik mereka dan mengatakan bahwa hal itu merupakan salah satu bentuk diskriminasi.
Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, kepolisian menemukan lebih dari 40 jasad di rumah seoang pemilik usaha pemakaman, sementara 30 mayat ditemukan di sebuah kuil. Banyaknya mayat yang ditemukan dan lamanya pembunuhan terjadi membuat pihak berwenang sulit untuk menentukan jumlah pasti korban. Akibatnya, jumlah pasti korban tewas masih belum diketahui hingga kini.
Pihak berwenang memandang pembunuhan z tersebut sebagai kejahatan akibat kelalaian. Dalam sebuah sidang di Pengadilan Distrik Tokyo, Ishikawa dijatuhi hukuman delapan tahun penjara, sementara Takeshi dan Dr. Shiro Nakayama masing-masing dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Pasangan itu kemudian mengajukan banding atas hukuman mereka dan pada tahun 1952 Pengadilan Tinggi Tokyo mencabut hukuman aslinya dan menghukum Ishikawa empat tahun penjara dan dua tahun kurungan untuk Takeshi.
“Buntut” Perkara
Insiden ini dianggap sebagai alasan utama Pemerintah Jepang mulai mempertimbangkan legalisasi aborsi di Jepang karena salah satu penyebab terjadinya insiden ini adalah akibat meningkatnya jumlah bayi tak diinginkan yang lahir di Jepang. Pada 13 Juli 1948, Undang-Undang Perlindungan Eugenika (sekarang Undang-Undang Perlindungan Tubuh Ibu) dan sistem ujian nasional untuk bidan didirikan. Pada tanggal 24 Juni 1949, aborsi karena alasan ekonomi akhirnya disahkan berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Eugenika di Jepang.
Nah, itulah kisah Miyuki Ishikawa, iblis pembunuh ratusan bayi di Jepang. Bagaimana pendapat kalian tentang kasus ini? Tulis di komentar ya!
Sumber: