Berita Jepang | Japanesestation.com

Si pembunuh memenggal kepala korbannya yang baru berusia 11 tahun di depan sebuah sekolah SMP di Kobe dan berlari kegirangan.

Sepintas, kalimat di atas terlihat seperti sebuah opening novel fiksi bergenre misteri pembunuhan. Namun, tahukah kamu kalau kalimat di atas adalah kejadian nyata yang terjadi di Kobe, Jepang di mana seorang anak berusia 11 tahun dipenggal dan kepalanya ditinggalkan di depan sekolah tempat sang korban belajar, SD Tainohata, pada tahun 1997 silam? Ya, itulah kasus pembunuhan sadis yang dikenal dengan sebutan “Kōbe renzoku jidō sasshō jiken” atau “Kobe Child Murders”.

Kobe Child Murders pembunuhan sadis japanesestation.com
SMP Tomogaoka, tempat salah satu pembunuhan dilakukan (wikipedia.org)

Kobe Child Murders terjadi di Kobe, Jepang pada 16 Maret dan 27 Mei 1997. Kedua korban, Ayaka Yamashita (山下彩花, Yamashita Ayaka), 10 tahun dan Jun Hase (土師 淳, Hase Jun), 11 tahun, dibunuh oleh anak laki-laki berusia 14 tahun yang dilaporkan oleh sebuah media Jepang bernama  Shinichiro Azuma, dengan nama alias Seito Sakakibara (酒鬼薔薇 聖斗, Sakakibara Seito).

Dilansir dari Morbidology, sebelum membunuh kedua korban, pada 10 Maret 1997, ia sempat menyerang sekelompok anak perempuan dengan sebuah palu di Kobe, untungnya mereka selamat. Sayangnya, nasib tak seberuntung itu bagi Ayaka Yamashita (10) yang diserang oleh seseorang dengan sebuah kapak dan pisau yang berujung dengan kematian Yamashita. Beberapa jam berselang, seorang anak perempuan berusia 9 tahun diserang dan menderita beberapa luka tusukan, untungnya ia dapat segera dilarikan ke rumah sakit dan berhasil selamat. Di waktu yang sama, puluhan hewan mati, bahkan beberapa di antaranya dimutilasi.

Pembunuhan kedua terjadi pada 27 Mei 1997, di mana kepala Jun Hase (土師 淳), seorang murid berkebutuhan khusus di SD Tainohata ditemukan di depan gerbang sekolah satu jam sebelum murid-murid tiba. Hase dipenggal dengan sebuah gergaji dan dimutilasi sebelum kepalanya ditinggalkan di depan sekolah untuk menjadi "tontonan" para murid. Di saat yang sama, sebuah catatan dengan tinta merah ditemukan di mulut Hase dengan sang pembunuh menyebut dirinya “Sakakibara.” Tulisan tersebut berbunyi:

"Ini hanyalah awal dari permainan... Coba hentikan aku kalau bisa hei polisi bodoh... Aku sangat ingin melihat orang-orang mati, benar-benar mendebarkan rasanya! Penghakiman berdarah dibutuhkan untuk kehidupanku yang pahit.”

Sebuah surat ancaman dengan 6 karakter kanji yang dapat dibaca “Sakakibara Seito,” sebagai nama pengirim (pembunuh) pun dikirimkan ke koran Kobe Shinbun pada 6 Juni 1997. Dalam surat tersebut, ia menyebut bahwa membunuh adalah caranya untuk protes terhadap sistem edukasi Jepang.

Dalam kepanikan tersebut, media Jepang tak sengaja menuliskan nama Sakakibara menjadi “Onibara” (Mawar Setan). Mendengar hal ini, sang pembunuh kembali mengancam akan membunuh 3 'sayuran' (sebutannya untuk manusia berkebutuhan khusus) lagi jika media salah menuliskan namanya untuk kedua kalinya.

Pencarian pun terus dilakukan hingga akhirnya seorang anak SMP berusia 14 tahun ditahan atas tuduhan pembunuhan Hase pada 28 Juni. Karena saat itu pelaku masih di bawah umur, pihak berwenang dan media Jepang menyebutnya sebagai "Boy A". Tak lama setelah ditahan, “Boy A” itu mengakui bahwa ia juga membunuh Ayaka Yamashita dan menyerang 3 gadis lain di hari yang sama. Bahkan, setelah penyerangan pada 16 Maret, ia menulis dalam buku hariannya: "Aku melakukan suatu eksperimen suci hari ini untuk membuktikan seberapa rapuh jiwa manusia… Aku menghantamkan palu itu saat anak perempuan itu berbalik menghadapku. Sepertinya aku memukulnya beberapa kali, namun aku terlalu bahagia untuk mengingatnya.”  

“Boy A” pun dipenjara hingga akhirnya dibebaskan pada 1 Januari 2005, di usianya yang menginjak 22 tahun. Setelah dibebaskan, ia pun menulis surat permintaan maaf kepada orang tua para korban. Isi surat tersebut tidak pernah terbongkar sampai sekarang.

Kobe Child Murders pembunuhan sadis japanesestation.com
Zekka, autobiografi pembunuh Kobe Child Murders (morbidology.com)

Pada 2015, Seito Sakakibara atau "Boy A", sang pembunuh kasus Kobe Child Murders, merilis sebuah buku autobiografi kontroversial yang berisi penyesalannya terhadap aksinya di Kobe pada tahun 1997 silam. Namun, buku tersebut juga menampakkan perasaannya. Lihatlah kata-kata berikut.

“Biarkan aku mengakui sesuatu: Menurutku, pemandangan saat itu (saat membunuh Hase) sangat indah.”

“Aku merasa aku lahir hanya untuk melihat keindahan yang ada di depan mataku. Aku sangat bahagia. Aku pikir aku akan mati,” tulis Sakakibara.

Ya, itulah sepintas tentang Kobe Child Murders, salah satu kasus pembunuhan tersadis dalam sejarah Jepang. Semoga ke depannya, tak terulang lagi ya kasus seperti ini.

Sumber tulisan:

Morbidology

Japan Times

Wikipedia: Kobe Child Murders