Berita Jepang | Japanesestation.com

Meski dikenal sebagai negara dengan orang-orang yang rajin membaca, rupanya remaja Jepang mulai malas melakukannya, apalagi jika itu adalah koran. Ya, sebuah survei yang dilakukan Nippon Foundation terhadap 1.000 remaja Jepang berusia 17 hingga 19 tahun pada akhir September hingga awal Oktober lalu, menemukan bahwa hanya 32,7% remaja Jepang yang masih membaca koran. Angka ini turun sekitar 15% jika dibandingkan dengan survei yang sama pada tahun 2018 lalu. Artinya, kini ada 2 di antara 3 orang remaja yang Jepang yang tidak membacanya.

Dilansir dari Nippon.com, sekitar 47,8% dari responden menjawab bahwa membaca koran itu merepotkan atau mereka tak memiliki waktu untuk melakukannya. Selain itu, ada juga yang menjawab  kurangnya metode langganan atau fakta bahwa berlangganan koran membutuhkan biaya. Dengan banyaknya informasi gratis yang tersedia di media online, beberapa dari para remaja ini pun enggan untuk mengeluarkan uang untuk membaca koran. Sebaliknya, mereka yang senang membaca koran mengatakan bahwa tujuan utama mereka membaca koran adalah untuk mengetahui apa yang terjadi di seluruh penjuru dunia. 

remaja jepang membaca koran japanesestation.com
Ilustrasi membaca koran di kereta (pixta.com)

Selain itu, 77% dari responden yang membaca koran mengatakan bahwa mereka hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit atau hingga 10 menit untuk membaca koran, menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka membaca koran secara skimming.

Nah, jadi, darimana para remaja Jepang ini mendapatkan informasi jika bukan dari koran? Apakah dari internet di smartphone?

Ternyata, bukan. Meski smartphone kini telah menjadi pusat kehidupan para remaja Jepang, mayoritas responden dengan jumlah 52,7%, mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi dari program televisi. Media sosial dengan teks singkat seperti Twitter berada di bawah televisi, diikuti dengan situs video-sharing seperti YouTube. Dan jauh di bawah ketiga jawaban di atas, ada koran dengan 6,8% dari total responden. 

Ternyata, remaja Jepang tak jauh berbeda dengan remaja Indonesia ya?