Berita Jepang | Japanesestation.com

Belum lama ini ada kejadian dimana murid tidak diperbolehkan memakai celana dalam selama kelas olahraga, sekarang hal yang aneh kembali terjadi di sekolah dasar Jepang. Sekolah Jepang terkenal menyediakan makan siang yang sehat dan seimbang bagi para siswa, terutama jika dibandingkan dengan negara lain yang sering menyajikan makanan cepat saji. Namun terlepas dari rekam jejak yang sangat baik, mungkin sesekali terjadi kelalaian. Itulah yang terjadi pada 11 Maret di Sekolah Dasar Asaka Daigo di Kota Asaka, Prefektur Saitama.

Satu guru dan enam siswa sekolah tersebut berakhir dengan gigi retak setelah menyantap makan siang, sehingga tiga anak harus dilarikan ke rumah sakit. Penyebabnya adalah mie yang digoreng hingga terlalu keras. Mie yang dimaksud adalah sara udon,hidangan dari Nagasaki yang meletakkan sayuran dan daging yang dimasak di atas mie goreng. Tidak seperti hidangan udon lainnya yang empuk dan kenyal, mie ini memiliki tekstur yang renyah.

Foto Sara Udon Jepang
Sara Udon (travelfootstamp.com)

Rupanya hal ini disebabkan oleh kesalahan waktu memasak mie. Alih-alih digoreng selama dua hingga tiga menit sebagaimana mestinya, mie tersebut digoreng selama sepuluh menit sehingga menjadi sangat keras. Staf yang bertugas untuk memasak makanan di sekolah tidak tahu waktu memasak yang benar dan memilih untuk menggorengnya lebih lama karena "kelihatannya belum matang".

Bahkan sehari sebelumnya, anak-anak kelas enam disuguhi donat yang sudah kadaluarsa sejak setahun lalu akibat kesalahan pengiriman.

Pengelola makan siang sekolah mengatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan agar hal ini tidak terjadi lagi, namun pernyataan tersebut tidak menghentikan warganet Jepang untuk ikut angkat suara atas kejadian ini:

“Anak-anak disuruh menghabiskan makanan, jadi mereka melakukannya meski itu menyakiti mereka.”
“Mereka juga diharuskan untuk makan dengan tenang, jadi mereka tidak bisa meminta bantuan.”
“Mengerikan, membayangkan mereka memaksa diri mereka sendiri untuk makan sesuatu yang sangat keras.”
“Dan donatnya juga… apa yang sebenarnya terjadi di sana?”
“Aku tidak percaya gurunya juga patah gigi.”

Meskipun tidak ada kejelasan tentang apa yang terjadi dengan sang guru, ia mungkin diharapkan untuk bertindak sebagai teladan yang baik bagi para siswa dan memakan makanannya apa pun yang terjadi, sehingga anak-anak juga ikut memakannya. Dalam keseharian biasa, menjadikan guru sebagai teladan bukanlah ide yang buruk, tetapi sayangnya dalam kasus ini hal itu berubah menjadi kejadian yang disesalkan ya.