Kalau membaca judul begitu saja, pasti kita berkesimpulan bahwa ujiannya dijadikan ladang uang bukan? Meskipun mungkin ada saja pihak pelaksana ujian yang menjual buku contoh ujian, atau ada saja sekolah/bimbingan belajar yang mengadakan kursus tambahan untuk mengajarkan “cara-cara menjawab ujian”, itu semua masih dalam lingkungan ujian itu sendiri. Yang ingin kukatakan di sini adalah menggunakan saat-saat persiapan ujian sebagai sumber pemasukan, dan fenomena ini mungkin khas di Jepang.
Pelajar di Jepang boleh dikatakan “tidak perlu bersusah payah” supaya lulus, tapi mereka “harus bersusah payah” untuk masuk sekolah. Bukan kelulusan atau sotsugyou (卒業) yang lebih penting, tapi justru ujian masuk atau nyugaku (入学) yang lebih penting. Ibaratnya keluar mudah, masuk susah. Jarang sekali mendengar anak tinggal kelas atau tidak lulus. Dan ujian masuk ini bisa dilihat dari tingkat SD, SMP, SMA dan Universitas. Mungkin untuk SD dan SMP tidak terlalu kelihatan karena SD dan SMP adalah wajib belajar, sehingga semua pasti bisa masuk sekolah negeri. Ini dijamin! Mereka harus BELAJAR UNTUK UJIAN MASUK yang disebut juken (受験) jika mau masuk SD dan SMP swasta terkenal. Jika mau masuk SD terkenal itu, mereka harus persiapan juken sejak TK, dan jika mau masuk SMP swasta atau SMP yang menjadi satu sampai SMA (ikkan kyouiku 一貫教育) persiapan juken harus dimulai sejak kelas 4 SD. Jika berhasil masuk SMP Swasta, ia akan belajar juken lagi untuk masuk SMA waktu kelas 2 SMP (bahkan sebisanya dari 1 SMP). Semua SMA baik negeri maupun swasta (kecuali ikkan kyouiku ya) harus juken, karena tidak termasuk dalam wajib belajar. Jadi setiap anak Jepang minimum juken itu 2 kali yaitu untuk masuk SMA dan universitas (jika mau ke universitas). Juken Benkyou (belajar untuk juken) ini memang menjadi momok bagi setiap keluarga Jepang. Momok karena harus lulus untuk masuk SMA. Jika tidak lulus masuk sekolah SMA negeri pilihan, harus bersiap untuk masuk sekolah swasta yang mau menerima tapi dengan uang masuk yang mahal tentunya. Jika tidak bisa membayar ya bersiap untuk menjadi rounin (浪人) dan bekerja. Di Jepang pun ada pekerja yang hanya lulusan SMP karena tidak bisa masuk SMA. Setiap ibu rumah tangga akan bersimpati pada rekannya yang mempunyai anak sedang juken. Satu keluarga seakan menemani jukensha (Anak yang sedang belajar juken) supaya bisa konsentrasi belajar ujian masuk. Nah inilah yang disebut sebagai komersialisasi ujian. Masa-masa puncak belajar adalah pada musim dingin mulai bulan Desember, Januari dan ujiannya biasanya sekitar bulan Februari. Bisa dibayangkan pada musim dingin, anak-anak ini masih harus terus belajar sampai malam. Ibu-ibu akan menyediakan makanan bergizi, yang enak-enak, dan tak lupa menyediakan snack-snack sebagai teman belajar. Pada masa-masa ini hampir di setiap makanan dan snack akan tertulis: Juken gambare! 受験がんばれ! (Selamat menempuh ujian!), Juken gokaku 受験合格, dan Juken kigan 受験祈願 seakan setiap produsen berlomba untuk mendukung anak-anak belajar. Apalagi menghubungkan dengan bentuk-bentuk tertentu, seperti yang berbentuk stick = nomor satu, atau bentuk bulat = jawaban benar (setiap jawaban benar di ujian akan diberi lingkaran). Tentu saja selain makanan dan snack, di setiap kuil juga dijual “jimat” khusus untuk juken.
Yang kasihan, ujian masuk itu biasanya diadakan pada hari Sabtu atau Minggu (karena hari biasa tentu masih ada sekolah biasa). Tapi tanggal 8-9 Februari dan 15-16 Februari kemarin di Tokyo turun salju lebat sehingga menyulitkan peserta ujian untuk pergi ke tempat ujian. Ah, bisa dibayangkan betapa anak-anak Jepang yang sedang juken panik dengan cuaca seperti ini.