Tidak terasa sudah kurang dari seminggu menjelang hari raya Idul Fitri, termasuk bagi kaum Muslim yang tengah berada di Jepang pun tentu sedang mempersiapkan diri untuk merayakannya. Tapi, mungkin sempat terbesit dalam pikiran, sebenarnya bagaimana sih rasanya berpuasa di Jepang?
Sungguh beruntung Ramadhan tahun ini jatuh pada bulan Juni-Juli, tepat pada antara musim semi dan musim panas di Jepang, sehingga walaupun suhu mulai meningkat, namun masih belum terlalu panas, ditambah dengan adanya tsuyu, yaitu periode di mana hujan terus menerus turun hampir setiap hari antara bulan Juni-Juli, sehingga menyebabkan suhu udara cukup sejuk, sehingga rasa haus tidak sering menggoda, walaupun ada godaan yang lebih besar, yaitu keinginan makan mie rebus panas saat di luar sedang hujan.
Meskipun suhu udara mendukung untuk melakukan puasa, namun karena tengah mendekati musm panas, seperti halnya negara-negara sub-tropis di belahan bumi utara lain, waktu berpuasa di Jepang pun menjadi lebih panjang dibandingkan dengan Indonesia. Waktu imsak di Jepang untuk sekitar wilayah Kyushu yang berada di jepang bagian bawah saja adalah pukul 3.30 pagi, dengan Maghrib di kisaran pukul 19.30, sehingga kira-kira tiap harinya berpuasa sepanjang 16 jam lamanya. Kebetulan pula waktu berbuka puasa di Jepang terutama wilayah Kyushu, cukup berdekatan dengan waktu buka di Indonesia, sehingga tetap dapat merasakan kebersamaan berbuka pada waktu yang sama lewat internet.
Cuaca sudah mendukung untuk berpuasa, bagaimana dengan orang-orangnya? Orang Jepang pada umumnya tidak terlalu mempermasalahkan soal agama, jadi pada dasarnya mereka tidak bereaksi negatif, malah biasanya, mereka penasaran akan puasa. Mungkin kesan paling menarik tentang puasa di Jepang adalah saat melihat reaksi orang Jepang saat kita jelaskan bahwa kita melakukan puasa tidak makan dan tidak minum tiap hari selama sebulan, reaksi mereka, PRICELESS! (dan hebatnya, mereka tetap akan terkejut dan terkagum-kagum walau sudah dijelaskan bahwa puasa hanya siang hari saja).
Jadi, kira-kira sanggupkah kalian berpuasa di Jepang?
(Text by: Nom de Plume, kontributor Japanese Station yang tinggal di Jepang)