Sebagai negara yang rentan bencana, mungkin beberapa dari kalian menebak bahwa bencana alam merupakan penyebab kematian tertinggi di Jepang, tapi rupanya belum tentu. Dari konsumsi makanan mentah hingga kecelakaan, semuanya juga bagian dari kehidupan orang Jepang sehari-hari, maka berikut ini adalah perbandingan faktor-faktor penyebab kematian di Jepang yang diakhiri dengan daftarnya dari artikel News Post Seven berdasarkan pada data kematian 100.000 orang per tahunnya di Jepang sebagai negara dengan tingkat kriminalitas yang relatif rendah.
1. Bak Mandi VS Tangga
Kalian pasti tahu orang Jepang sangat senang berlama-lama dan bersantai sambil berendam di bak mandi, tapi mengingat mungilnya banyak rumah di Jepang, tangga di rumah mereka pun banyak yang terlalu curam dan sempit sehingga banyak menyebabkan kecelakaan.
Pemenang: Tenggelam di bak mandi (3.937 jiwa/tahun) [Jatuh dari tangga (2.667 jiwa/tahun)]
2. Petir VS Salju
Petir mungkin lebih mengerikan, tapi sebagai negara yang relatif kecil luasnya dan bergunung-gunung, badai petir rupanya tidak terjadi sesering itu di Jepang dibandingkan belahan dunia lainnya. Badai salju juga bisa sangat parah dan tebal melanda negeri sakura di musim dingin, tapi inipun hanya di beberapa bagian di daerah utara dengan populasi penduduk yang tidak terlalu padat.
Pemenang: Badai salju (94 jiwa/tahun) [Sambaran petir (14 jiwa/tahun)]
3. Gempa Bumi VS Kecelakaan Lalu Lintas
Sudah bukan berita baru bahwa Jepang adalah salah satu negara paling rentan gempa bumi di dunia, tapi bagaimana jika bencana alam ini dibandingkan dengan tingkat keselamatan lalu lintas mereka? Ternyata perbedaannya jauh!
Pemenang: Kecelakaan lalu lintas (4.064 jiwa/tahun) [Gempa bumi (1.270 jiwa/tahun)]
4. Beruang Coklat VS Tawon
Beruang memang cukup imut saat kita lupa bahwa ia bisa membunuh manusia dalam sekali ayunan tanganya. Tapi, meski ukurannya jauh berbeda, kalian juga tak boleh meremehkan betapa bahayanya tawon raksasa (oosuzumebachi) yang dikenal akan racun dan tingkah buruknya. Sialnya, tawon dapat ditemui di seluruh Jepang, dan mempertimbangkan banyak orang yang alergi dengannya, tawon pantas menang sebagai yang lebih mematikan.
Pemenang: Sengatan tawon (19 jiwa/tahun) [Serangan beruang coklat (1 jiwa/tahun)]
5. Kecelakaan Pesawat VS Gunung Meletus
Keselamatan naik pesawat kadang dipercaya lebih unggul dibandingkan dengan naik mobil, dan di Jepang sendiri sebenarnya bencana gunung meletus relatif agak jarang terjadi, meskipun Gunung Aso belum lama ini meletus.
Pemenang: Kecelakaan pesawat (12 jiwa/tahun) [Gunung meletus (4 jiwa/tahun)]
6. Samudra VS Pegunungan
Sama berbahaya dan indahnya, ini mungkin bisa menjadi salah satu pengukur tingkat kewaspadaan kalian saat berlibur ke laut atau gunung di Jepang.
Pemenang: Laut (356 jiwa/tahun) [Gunung (305 jiwa/tahun)]
7. Demam Berdarah VS Hipertermia
Sementara demam berdarah masih menjadi penyakit yang banyak mengancam nyawa di tanah air, seberapa parah ancaman demam berdarah di Jepang? Hipertermia atau kala suhu tubuh terlalu tinggi (kepanasan akut) juga rupanya banyak terjadi di Jepang. Tapi, rupanya hipertermia menang telak dalam kasus ini. Sepertinya Jepang tidak perlu khawatir akan gigitan nyamuk.
Pemenang: Hipertermia (1.778 jiwa/tahun) [Demam berdarah (0 jiwa/tahun)]
8. Ikan Buntal VS Hati Babi Mentah
Ikan buntal atau fugu adalah makanan mewah di Jepang yang terkenal harus diolah dengan hati-hati mengingat ada organ-organnya yang beracun dan dapat menghentikan kinerja paru-paru orang yang memakannya. Konsumsi makanan yang kedua mungkin tidak begitu umum didengar di Jepang, tapi keduanya tampak sama berbahayanya. (Lagipula siapa yang mau makan hati mentah??)
Pemenang: Hati Babi Mentah (902 jiwa/tahun) [Ikan buntal (42 jiwa/tahun)]
9. Diri Sendiri VS Orang Lain
Berbicara tentang Jepang, negari sakura umumnya terkenal sebagai negara dengan tingkat kriminalitas yang rendah, tapi memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Apakah stereotipe ini benar adanya? Mirisnya iya.
Pemenang: Bunuh diri (27.813 jiwa/tahun) [Dibunuh (343 jiwa/tahun)]
Berikut adalah rangkuman lengkapnya, meskipun lagi-lagi, hasil rata-rata ini juga tidak bisa dijadikan patokan mutlak seputar faktor-faktor penyebab kematian di Jepang.