Kehidupan berkeluarga umumnya menjadi dambaan sebagian besar pria, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Jepang. Sebagai sesama negara yang menabukan praktik tinggal bersama sebelum menikah, ikatan pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dan sungguh-sungguh menuntut komitmen serius dari kedua belah pihak. Namun, ada kalanya beberapa pria di Jepang malah merasa bersyukur tidak menikah. Menurut survey yang diadakan oleh situs berita online Mynavi Woman, 103 pria usia 22-39 tahun peserta survey tersebut berpendapat bahwa berikut adalah 4 momen yang membuat mereka merasa demikian.
1. Saat bisa pergi minum-minum tanpa harus meminta izin.
Sudah dikenal luas bahwa Jepang memiliki kebiasaan minum-minum sepulang kerja, dan aktivitas ini umum mempermudah seorang pegawai mendapatkan banyak teman di kantor dan kelancaran naik jabatan. Dibandingkan pria lajang, seorang suami biasa mengalami dilema antara memenuhi kewajiban pada bos di kantor atau 'bos' di rumah.
2. Saat melihat rekan sesama karyawan terlihat sedih menjelang hari gajian.
Sudah menjadi norma bagi para suami di Jepang untuk menyerahkan seluruh gaji mereka pada istri sebagai pengatur keuangan rumahtangga. Para pria biasanya disisihkan uang oleh sang istri hanya untuk keperluan transportasi serta makan dan minum yang biasanya lumayan pas-pasan, hingga tak jarang jika banyak dari mereka yang harus menekan pengeluaran makan menjelang gajian karena uang yang kian menipis. (Seperti anak kos kali ya…)
3. Saat harus mendengarkan curhatan rekan kerja tentang istri-istri mereka.
Para pria lajang di Jepang berujar bahwa mereka biasa dijadikan tempat curhat teman-teman yang sudah menikah, hingga cerita-cerita soal para istri yang memperlakukan suaminya dengan buruk sudah tidak asing di telinga mereka. Banyak dari para suami ini yang berkata bahwa istri mereka 'berubah' setelah menikah, dan pendapat ini semakin membuat para pria lajang enggan untuk menikah.
4. Saat bisa bebas memilih lokasi liburan dan melakukan apapun semaunya.
Bukankah menyenangkan jika bisa bersantai sepuasnya dan memilih tempat liburan sesuai dengan minat kita? Demikianlah pendapat para pria lajang, ketika pria berkeluarga umumnya harus menyesuaikan dengan istri dan anak-anak mereka. Dan, ketika bujet liburan dipegang sang istri pula, liburan yang mahal mungkin hanya bisa dinikmati para suami sesekali saja.
Meskipun hasilnya demikian, survey ini tetap menyemangati para pria lajang untuk jangan patah semangat, dan mungkin juga, hasil ini bisa sekalian dijadikan tips bagi para wanita lajang yang tengah mencari pendamping hidup di luar sana, ya. Apakah kalian sependapat dengan hasil survey ini?