Badan Antariksa Jepang, Rabu (3/12), meluncurkan misi luar angkasa paling ambisius; memburu asteroid dan mencari petunjuk kelahiran tata surya. Perburuan menggunakan pesawat ruang angkasa seukuran lemari es, yang dilengkapi peluru peledak. Misi ini berdurasi enam tahun. Sebelumnya, Jepang sukses memburu asteroid. Pesawat ruang angkasa yang dikirim kembali ke bumi tahun 2010, dengan membawa fragmen batuan asteroid. Kini, Hayabusa 2 -- demikian nama pesawat pemburu asteroid itu -- bertujuan tidak sekadar membawa fragmen bebatuan asteroid. Pesawat seharga 260 juta dolar AS, atau Rp 3,1 triliun, menggunakan mesin sistem ion, dengan listrik untuk mempercepat partikel gas. "Percepatan partikel gas membuat mesih jet mampu bergerak dengan kecepatan 30 sampai 40 kilometer per detik," kata Dr Fransisco Diego, dari Universitas College, London. "Meski massa gas sangat rendah, tapi bisa menghasilkan dorongan yang cukup untuk mengarahkan pesawat angkasa ke sepanjang orbit," lanjutnya. Hayabusa 2 memiliki jalan panjang untuk melaju sejauh lima miliar kilometer. Selama dua setengah tahun ke depan, Hayabusa 2 diyakini akan bisa mengejar asteroid 1999 JU3 yang berada di depannya. Setelah tiba di asteroid yang dituju, Hayabusa 2 akan menghabiskan 18 bulan untuk mempelajari benda angkasa itu. Asteroid adalah salah satu benda angkasa yang mengorbit matahari, dan berada antara Bumi dan Mars. Hayabusa 2 akan menjatuhkan robot penjelajah kecil ke permukaan asteroid, untuk membuat tes ilmiah mengenai struktur kimia yang membentuk asteroid. Yang paling ambisius adalah menembakan peluru berpeledak kecepatan tinggi ke kerak asteroid. "Penembakan akan menghasilkan kawah," ujar Diego. "Akan ada kepulan material, yang akan dikumpulkan oleh instrumen Hayabusa 2, lalu dibawa kembali ke Bumi." Ketika proses ini selesai, Hayabusa akan memulai perjalanan kembali ke Bumi selama satu tahun, dan diharapkan tiba tahun 2020.