Setelah pada awal bulan ini proposal Jepang dan Cina ditolak karena Indonesia belum perlu kereta cepat, kini Jepang telah kalah kontrak dari Cina untuk kereta berkecepatan tinggi di Indonesia. Dengan ditunjuknya Cina dalam pengadaan kereta berkecepatan tinggi di Indonesia, Jepang yang berusaha untuk mengambil keuntungan dari ekspor infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi menghadapi pukulan yang berat.
Seperti dikutip dari bangkokpost.com, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengungkapkan pada konferensi pers bahwa Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Sofyan Djalil, mengatakan pada hari Selasa di Tokyo tentang rencana Indonesia untuk menyambut usulan Cina. Sebelumnya proposal pembangunan kereta baik dari Cina dan Jepang ditolak dengan alasan biaya keuangan yang tinggi dan pihak Indonesia mempertimbangkan media kecepatan kereta yang lebih murah.
Sofyan yang mengunjungi Jepang sebagai utusan khusus Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan pada Suga bahwa baru-baru ini Cina membuat proposal baru untuk membangun jalur rel kecepatan tinggi antara Jakarta dan Bandung tanpa belanja fiskal atau jaminan utang Indonesia. Menurut Suga, keputusan Indonesia "sulit untuk dipahami" dan "sangat disesalkan," ia juga ragu apakah proyek kereta api yang diperkirakan menelan biaya 78 trilyun rupiah itu akan berhasil. Untuk meredam kekecewaan pemerintah Jepang, Kepala Staf Presiden Teten Masduki mengatakan masih ada banyak peluang bagi Jepang untuk berinvestasi di sektor infrastruktur Indonesia.