Berita Jepang | Japanesestation.com

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) memutuskan untuk memasukkan teknik pembuatan kertas tradisional khas Jepang atau kertas washi ke dalam daftar warisan kebudayaan tak berwujud (intangible cultural heritage).

Kertas Tradisional Jepang Washi Masuk Daftar UNESCO
Wali Kota Tetsuhiro Muto (kiri) dari Mino, Provinsi Gifu, merayakan penetapan kertas tradisional washi Hon-minoshi, kekayaan tradisi Gifu, sebagai warisan dunia tak berwujud oleh UNESCO, Kamis (27/11) bersama dua kertas tradisional Jepang lain. (Foto: japantimes.co.jp)

Komite antarpemerintah UNESCO membuat keputusan tersebut dalam sebuah pertemuan yang digelar di markas besar organisasi itu di Paris, Prancis, Rabu, 26 November. Anggota komite menyebutkan, pengetahuan dan kemampuan dalam teknik pembuatan kertas tradisional washi yang diwariskan secara turun-temurun menciptakan keterikatan dalam kemasyarakatan. Kertas washi tidak hanya dipakai untuk menulis surat dan membuat buku, tetapi juga dimanfaatkan untuk membuat barang-barang interior, paper screen, penyekat ruangan, hingga pintu dorong. Komite itu menyebut tentang pembuatan kertas dari budi daya pohon murbei dan kesempatan pendidikan untuk mendapatkan pengalaman membuat kertas washi. Jepang mencalonkan tiga jenis kertas washi, yaitu Sekishu-Banshi dari Provinsi Shimane, Hon-minoshi dari Provinsi Gifu, dan Hosokawa-shi dari Provinsi Saitama. Semua teknik tersebut menggunakan serat pohon murbei. Penetapan kekayaan tradisi Jepang itu juga diharapkan menularkan kesadaran global untuk memberikan perhatian kepada kekayaan budaya tradisional masing-masing, dan khususnya bagi Jepang bisa menggugah dan mengajak generasi muda untuk turut melestarikan keterampilan seni adiluhung itu. Saat ini sudah ada 22 objek dari Jepang yang tercatat dalam daftar warisan kebudayaan tak berwujud, termasuk Kabuki dan Washoku, atau makanan tradisional Jepang. (nhk.or.jp/japantimes.co.jp)