Berita Jepang | Japanesestation.com

Terselip di kaki Tokyo Tower yang ikonik, Kuil Zojoji menawarkan kontras yang mencolok antara masa lalu dan masa kini-sebuah oase tradisi yang dikelilingi oleh lanskap kota yang modern. Kuil Buddha bersejarah ini, dengan gerbang megah dan lahan yang tenang, mengundang pengunjung untuk melangkah mundur ke masa lalu dan menjelajahi akar spiritual Tokyo. Penasaran bagaimana sejarah dan apa saja daya tarik dari kuil ini? Yuk baca sampai akhir.

Sejarah Kuil Zojoji

Kuil Zojoji dengan latar belakang Tokyo Tower (Go Tokyo)
Kuil Zojoji dengan latar belakang Tokyo Tower (Go Tokyo)

Kuil Zojoji merupakan kuil utama dari sekte Jodo dalam agama Buddha Jepang di wilayah Kanto. Kuil ini awalnya didirikan pada tahun 1393, tetapi baru pada tahun 1598, di bawah perlindungan Tokugawa Ieyasu-shogun yang menyatukan Jepang-kuil ini direlokasi ke lokasinya yang sekarang di Tokyo. Kuil ini kemudian menjadi kuil dan makam resmi keluarga Tokugawa, yang menjadi tempat disemayamkannnya enam shogun Tokugawa dan sejumlah kerabatnya.

Sepanjang zaman Edo, Zojoji berkembang sebagai pusat keagamaan, budaya, dan pendidikan. Dulunya, kuil ini meliputi kompleks yang luas dengan hampir 50 bangunan dan lebih dari 3.000 biksu yang tinggal di dalamnya. Sayangnya, sebagian besar kuil asli hancur selama serangan udara Perang Dunia II, tetapi beberapa bangunan-terutama gerbang Sangedatsumon yang ikonik dari tahun 1622-berhasil selamat dan masih berdiri sampai sekarang sebagai contoh langka dari arsitektur Edo awal.

Terlepas dari masa lalunya yang penuh gejolak, Zojoji telah dipugar dengan penuh cinta dan terus menjadi kuil yang hidup dengan kegiatan keagamaan setiap hari, festival musiman, dan kehadiran spiritual yang kuat di jantung kota.

Daya Tarik

Sangedatsumon
Sangedatsumon, gerbang utama kuil (minato.hiddenheritage.jp)

Salah satu daya tarik Kuil Zojoji adalah gerbang utama kuil Sangedatsumon (Tiga Gerbang Pembebasan). Berasal dari tahun 1622, bangunan kayu besar ini merupakan yang tertua di Tokyo dan melambangkan pembebasan dari tiga sifat buruk duniawi: keserakahan, kemarahan, dan ketidaktahuan. Bangunan ini menjadi pengingat yang menakjubkan akan sejarah panjang kuil dan hubungannya dengan Keshogunan Tokugawa.

Tepat di luar gerbang terdapat Daiden, atau aula utama kuil, yang dibangun kembali pada tahun 1974 dan menyimpan patung Buddha Amida berukuran besar. Halaman kuil yang tenang dihiasi dengan lentera batu, pohon sakura, dan jalan setapak yang tenang yang mengarah ke aula yang lebih kecil dan monumen, menawarkan pengunjung tempat untuk merenung di tengah hiruk-pikuk kota.

Patung Sentai Kosodate Jizo
Patung Sentai Kosodate Jizo di Kuil Zojoji (blog.japanwondertravel.com)

Salah satu area yang sangat menyentuh adalah Sentai Kosodate Jizo-deretan patung-patung batu kecil yang mengenakan oto merah dan topi rajutan. Patung-patung ini mewakili penjaga anak-anak yang belum lahir dan dirawat oleh orang tua yang sedang berduka, menciptakan ruang hening untuk berdoa dan mengenang.

Pada musim semi, kuil ini menjadi tempat hanami (melihat bunga sakura) yang populer, dengan bunga sakura yang mekar dibingkai dengan indahnya di Tokyo Tower. Sepanjang tahun, pengunjung juga dapat menikmati acara-acara budaya seperti upacara pembunyian lonceng Tahun Baru dan ritual Buddha yang menarik perhatian penduduk setempat dan wisatawan.

Kuil Zojoji menawarkan pandangan sekilas yang damai ke masa lalu kota ini. Tempatnya yang tenang, kedalaman sejarah, dan latar belakang Menara Tokyo yang dramatis membuatnya lebih dari sekadar tempat perhentian untuk berwisata. Tertarik untuk menjelajahinya?

Baca juga artikel-artikel kami yang lain tentang destinasi wisata di Jepang, di Japanese Station