Berita Jepang | Japanesestation.com

Ohaguro adalah praktik tradisional Jepang, di mana orang-orang menghitamkan gigi mereka hingga hitam pekat. Tentu saja, praktik ini telah hampir punah sekarang, dan saat ini orang-orang di Jepang dan di seluruh dunia menginginkan gigi yang paling putih yang bisa mereka dapatkan. Pemutihan gigi adalah proses normal dan semakin populer.

Namun dalam sejarah Jepang, gigi berwarna hitam telah menjadi simbol status. Bersamaan dengan Jepang, ini juga merupakan praktik umum di beberapa negara lain termasuk Filipina, Laos, Vietnam, Thailand, India, dan Cina. Proses pewarnaan dilakukan dengan campuran yang dikenal sebagai kanemizu, terdiri dari serbuk besi, cuka, teh, dan arak beras. Campuran ini menciptakan efek menghitam pada gigi.

Ohaguro
Ohaguro, praktik tradisional Jepang di mana orang-orang menghitamkan gigi mereka (pop-japan.com)

Namun, meski sangat efektif sebagai pewarna, laporan sejarah menunjukkan bahwa baunya tidak enak. Terlebih lagi, ini hanya berlangsung beberapa hari dan tidak menodai gigi secara permanen, sehingga orang harus mencurahkan banyak waktu untuk prosesnya.

Periode Heian

Ohaguro memiliki sejarah panjang yang dimulai sebelum Periode Heian (794-1185). Memang, jejak pewarna pada tulang dan gigi yang ditemukan telah ditemukan dari periode Kofun (250-538). Namun, popularitas ohaguro yang tersebar luas dapat dilihat menjelang akhir Periode Heian.

Ini adalah praktik yang sangat luas di kalangan bangsawan selama era ini, terutama wanita muda yang siap menikah. Mode pada saat itu adalah wanita memiliki wajah yang dicat putih, dan menghitamkan gigi dianggap melengkapi penampilan dengan baik.

Alasan lain mengapa ini menjadi mode adalah karena gigi pada masa itu seringkali berwarna sangat kuning, dan proses ohaguro menyembunyikan warnanya. Diperkirakan bahwa dengan mewarnai gigi menjadi hitam, seseorang dapat tersenyum lebar tanpa perlu menunjukkan gigi mereka yang tidak rata atau menguning.

Tentu ilusi ini lebih efektif jika dilihat dari jauh. Selain menutupi gigi kuning yang membusuk dan menua, ohaguro juga membuat gigi lebih kuat dan membantu mencegah gigi berlubang, serta kondisi buruk gigi dan gusi lainnya. Selain bangsawan, samurai juga mengecat gigi mereka dengan warna hitam sebagai bukti kesetiaan kepada tuannya.

Zaman Muromachi

Selama periode Muromachi, ohaguro populer di kalangan populasi orang dewasa, dan biasanya di antara orang-orang dengan uang atau status tertentu. Namun, itu juga umum di antara putri komandan militer. Ini biasanya dilakukan untuk gadis-gadis berusia 8-10 tahun untuk melambangkan kedewasaan mereka, yang sebenarnya saat ini dianggap jauh lebih muda.

Praktik menghitamkan gigi lainnya adalah oleh beberapa komandan militer sendiri, terutama jika mereka mengalami cedera dan kelainan bentuk wajah akibat pertempuran. Mereka sering memakai riasan wanita dan juga mewarnai gigi mereka hingga hitam untuk menutupi bekas luka.

Zaman Edo

Selama periode Edo (1603-1868), ohaguro juga dipraktikkan, tetapi mungkin tidak seluas sebelumnya. Wanita sering mengecat giginya hingga hitam di usia mencari suami dan menikah. Itu juga secara konsisten populer di kalangan geisha, wanita penghibur, dan wanita yang sudah menikah.

Menghitamkan gigi juga dipraktikkan oleh orang-orang terpandang di aristokrasi dan orang-orang yang memiliki hubungan kekaisaran. Namun, selama pada periode ini, ide umum berkembang bahwa seluruh proses itu melelahkan, tidak praktis, dan agak kuno.

Khususnya di pedesaan, di mana penduduk desa Jepang memiliki kehidupan yang sibuk dan hal-hal yang lebih mendesak untuk diperhatikan, penggelapan gigi hanya dilakukan pada saat festival dan acara khusus seperti pemakaman dan pernikahan.

Masa Kini

Pada tahun 1870, dan dengan dimulainya periode Meiji dan masa modernisasi di Jepang, praktik ohaguro sebenarnya dilarang oleh pemerintah saat itu. Namun kembali diizinkan saat Restorasi Meiji, tetapi perlahan-lahan meredup dan mati.

Saat ini, ohaguro hanya dapat dilihat dalam film, drama, dan beberapa matsuri (festival tradisional). Beberapa geisha masih akan mewarnai gigi mereka untuk acara khusus, jadi kita bisa melihatnya jika pergi ke distrik geisha di Jepang, tapi jangan terlalu berharap.